![]() |
(foto : lokadata.id ) |
“Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku”.
( Mazmur 119 : 102 )
Julukan Babe terpatri dalam diri Haryadi , entah kenapa anak angkatan lulusan 1995 SMAK IPEKA Puri menyebut julukan itu . Tetapi itu sesuai dengan postur tubuh Haryadi yang tinggi besar dan mempunyai aura kepemipinan terhadap adik-adik angkatan di bawahnya . Sebagai ketua OSIS saat itu semua petuah dipatuhi oleh adik-adiknya . Tidak heran saat itu ada demo Haryadi terhadap kepala sekolah karena tidak diijinkan untuk menjadi supporter tim sekolahnya masuk final dalam kejuaraan tenis meja di Canisius Cup . Saat itu Canisius Cup atau CC sebagai arena tahunan bagi pelajar se-Jabotabek untuk unjuk gigi menampilkan prestasi yang terbaik dalam dunia olah raga dan seni . Untuk itu Haryadi dan teman-temannya mengancam tidak mau belajar kalau tidak diijinkan untuk menjadi supporter bagi tim tenis mejanya . Akhirnya kepala sekolah mengijinkan tetapi hanya perwakilan per-kelas saja . Tidak disangka tim tenis meja sekolah menjuarai juara pertama CC tahun 1995 .
Tahun 1995 bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-50 dan pak Camat Kembangan disuruh pimpinannya mengirimkan 100 orang untuk mengikuti kenduri nasional di Monas yang dihadiri oleh Presiden Soeharto . Akhirnya Bu Betty memilih 100 anak untuk menghadiri perayaan akbar tersebut . Perayaan besar-besaran saat itu dan kami di beri baju koko khas betawi secara gratis dan bis untuk menampung rombongan kami ke Monas . Sore hari sampai malam kami merayakan HUT Kemerdekaan RI ke - 50 dengan meriah dan makan tumpeng diiringi panggung rakyat di pelantaran Monas .
Sebagai guru pertama kali di SMA yang bonafid di real state terbaik di kawasan Jakarta Barat menjadi pengalaman yang sulit dilupakan . Tiga tahun sudah pengalaman menjadi guru diluar tentu membantu saya untuk mengajar dan mendidik di sekolah yang baru . Tiga puluh dua jam saya mengajar dalam satu minggu , semua kelas saya ajarkan. Termasuk di kelas 3 IPA 2 dimana Haryadi menjadi murid saya . Saya melihat Haryadi siswa yang cukup cerdas sebab setiap kali saya mengajar banyak pertanyaan ditujukan kepada saya . Saat itu kondisi negara sedang marak terjadi penyalahgunaan kekuasaan . Kekuasaan otoriter dari rezim Orde Baru menjadi bahan diskusi pelajaran PMP yang menarik saat itu . Saya sadar bahwa pelajaran PMP saat itu dijadikan indokrinasi untuk melanggengkan kekuasaan Orde Baru . PMP pelajaran yang membosankan saat itu saya ubah menjadi pelajaran yang menarik untuk dipelajari maka saya mulai mendiskusikan pelanggaran rezim Orde Baru terhadap UUD NRI 1945 . Tentu hal ini menjadi bahan menarik untuk usia anak SMA karena saya seolah-olah sedang memprovokasi terhadap perlawanan Orde Baru yang sedang berkuasa . Tetapi sebenarnya saya sedang mencari suatu kebenaran agar mereka lebih paham tentang kondisi yang terjadi di negara ini . Harapan saya tentu mereka sadar dan akhirnya bergerak untuk memperbaiki negeri ini .
Tiga tahun kemudian , 21 Mei 1998 rezim Orde Baru ambruk dengan turunnya Presiden Suharto dari pemerintahan akibat perlawanan mahasiswa di DPR . Reformasi bergulir dan transisi pemerintahan di bawah pimpinan Prof.Dr.B.J Habibie menjadi presiden . Saya tidak membayangkan hal ini terjadi dan saya tidak tahu apakah hasil diskusi dan penjelasan saya di depan kelas masih teringat oleh murid saya termasuk Haryadi ? Itu sepenggal cerita tentang Haryadi yang sering disebut sebagai “BABE” . Dan marilah kita belajar dari waktu yang telah berlalu sebagai pijakan untuk arah yang lebih baik . (abc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar