Mengenang adik..
"Mas sudah
keluar tunjangan sertifikasi , dicek saja lewat ATM .."
Kata-kata
itu dikirim tiap tiga bulan melalui wa untuk memberitahukan kalau tunjangan
sertifikasi guru sudah keluar dan biasanya satu Minggu kemudian saldo di bank
sudah bertambah. Sekarang tidak ada lagi yang mengabarkan tunjangan guru kepada
saya karena adik saya telah dipanggil Tuhan empat tahun yang lalu. Kata-kata itu menjadi
kenangan untuk komunikasi dengan adikku. Kabar meninggalnya adikku , aku terima
lewat telpon hp ibu jam tiga dini hari . Lalu aku dan istri jam setengah enam
naik kereta dari stasiun Senen ke kota adikku . Perjalanan sekitar 6 jam dan
keluarga sudah memberitahu kalau adikku sudah dimakamkan jam 12.00 siang karena
takut hujan sehingga pemakaman dipercepat yang sebelumnya direncanakan jam
14.00 siang .Akhirnya saya sampai di kota adikku,waktu menunjukkan jam 14.00
langsung menuju ke tempat pemakaman .Mendung gelap dan hujan rintik-rintik
menyambut kedatangan saya dan istri . Sepi hanya suara dedaunan mengantar
kedatangan saya di kuburan . Gundukan tanah merah basah dengan bunga harum
menghiasi tertulis dikayu salib nama adik saya Fajar Nugroho Adi. Selamat jalan
adikku , Tuhan sudah memanggil tepat pada waktunya. Di rumah Bapa masih banyak
tempat. Sekarang engkau sudah bersama Bapa di surga .Itu doa saya sambil tangan
saya memegang kayu salib di gundukan
tanah merah basah karena rintik hujan dan wewangian harum bunga.
Fajar
Nugroho Adi , panggilannya Adi lahir 6 Desember 1974 , adik saya nomer lima
dari enam saudara.Sejak kecil sudah diasuh oleh neneknya karena sakit-sakitan
dan ada kelainan jantung .Umur enam
tahun baru ikut ibu bersama adiknya sekolah TK .Mulai dari TK sampai SMP
kakak beradik bersama-sama sekolah di sekolah yang sama .Tetapi setelah lulus
SMP , Adi melanjutkan ke SMA sedangkan
adiknya ke SMPS di Magelang. Hobinya memelihara hewan mulai dari kucing sampai
dengan anjing .Bahkan dia punya anjing yang dipelihara sejak lahir dari
induknya sampai besar dan meninggal karena tertabrak mobil. Setelah lulus SMA
melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Surabaya mengambil jurusan pendidikan
Biologi . Setelah lulus pernah cari kerja di Jakarta , tetapi kembali lagi ke
kampung . Bapak mempunyai teman di sekolah katolik lalu Adi disuruh melamar
menjadi guru di sekolah tersebut . Akhirnya lamaran diterima dan mulailah
menagajar di SMA Katolik tersebut ,
karena masih bujangan maka Adi bertempat tinggal di asrama dekat sekolahan .
Irit transport dan hanya berjalan sepuluh langkah sudah sampai di sekolah. Hobi
memelihara binatang menjadi bagian dari hidup Adi ,setelah bekerjapun masih
dilanjutkan hobinya .Mulai dari burung sampai
dengan ikan di akuarium . Bahkan gajinya menjadi guru sering habis untuk
memuaskan hobinya itu .Menjadi guru bukan cita-cita Adi tetapi mungkin karena
ada gen dari orang tua akhirnya profesi guru jadi tumpuannya . Setelah hampir
tujuh tahun jadi guru, Adipun menikah dengan gadis pilihannya yang ternyata
anak dari teman Bapak ketika masih mengajar di SMP . Fika nama istrinya seorang
guru SD , tinggal berdua di rumah mertua karena gaji belum cukup untuk mendirikan
rumah .
Meninggalnya
Adi sangat cepat dan mendadak , hanya hitungan menit setelah di bawa kerumah
sakit dengan mobil dan dimasukkan ke UGD , nafasnya menghilang dan tangisan
mengantar ke alam baka . Kelahiran dan kematian bagaikan sekeping mata uang logam selalu beriringan . Seperti malam dan
siang , suka dan duka demikian juga dengan kelahiran dan kematian . Kita lahir
dan hidup di dunia , kematian takdir yang harus kita terima . Seminggu sebelum
meninggal , Adi terlihat begitu cerianya . Hampir tiap bertemu dengan sesama
guru selalu disapa dengan suka cita .
“
Bapak kelihatan tidak sehat ..ke dokter periksa kesehatan “ sapa Romo sebagai
bruder di sekolahnya .
“Biasa
saja Romo hanya batuk dan pilek “ sahut Adi denga wajah tetap sembringah . Pesan
Romo akhirnya diljalankan . Adi
memeriksa di Rumah Sakit dan harus istirahat di rumah . Dua hari istirahat di
rumah . Saat malam hari kira-kira jam 2 dini hari Adi pergi ke kamar mandi
tetapi tiba-tiba terjatuh . Suara yang keras membangunkan seluruh keluarga yang
sedang tidur . Akhirnya di tolong , sesak nafas dan badan dingin bercampur
dengan keringat tanda serangan jantung mengakibatkan kematian adik saya.
Pagi
hari banyak orang berbelasungkawa . Guru dan ratusan murid berbaju putih
abu-abu melihat wajah gurunya terbaring di peti mati . Ada duka mengiringi
kepergian gurunya .
“Selamat
jalan guruku …” kata berucap dari muridnya ketika memandang wajah gurunya dengan usapan tangis di kelopak matanya.
“Pak
Adi guru yang baik “ ujar seorang alumni muridnya sambil memandang wajah foto
yang tertampang di meja . Seorang gadis
tengah malam jam 10.00 dari Semarang bersama keluarganya datang untuk
mengucapkan duka. Orang baik selalu diingat dan dikenang .
Selamat
jalan adikku , engkau sudah menjadi orang baik dan dikenang oleh orang . Paling
tidak oleh seorang alumni yang jauh-jauh
dari Semarang untuk melihat wajahmu yang terakhir walaupun hanya lewat foto
yang tertampang di sudut meja…
Kenangan Adi dalam hidupnya




Tidak ada komentar:
Posting Komentar