Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.( Filipi 1: 22)
Salah Pilih….
Sudah hampir tiga tahun saya tidak menjadi wali kelas. Tahun pelajaran ini , saya ditugaskan menjadi wali kelas mengantikan pak Gunawan yang sekarang ditunjuk menjadi staf ahli matematika di kantor pusat. Kelas X-1 menjadi tanggungjawab saya . Menjadi wali kelas memang termasuk tugas cukup berat apalagi kelas X-1 merupakan kelas yang unik . Karena semua merupakan lulusan dari SMP sekolah lain bukan SMP dalam sekolah.
Memperhatikan dan mempelajari setiap karakter anak menjadi tugas saya sebagai wali kelas termasuk didalamnya Ariel , Perhatian saya terhadap Ariel memakan waktu yang cukup melelahkan karena tiap hari saya selalu memperhatikannya. Masalahnya adalah Ariel termasuk anak yang nilainya rendah. Setelah saya pelajari dia termasuk anak yang tidak bodoh tetapi minat dan bakatnya memang bukan dalam pelajaran IPA maupun IPS tetapi lebih kepada seni yaitu membuat komik . Hampir setiap hari , dia asyik dengan dunia komiknya . Suatu ketika saya suruh membawa hasil komiknya . Ada beberapa komik sudah dibuatnya . Beberapa karakter sudah diciptakan . Sayapun menyakininya kalau Ariel salah pilih jurusan di sekolah . Memang kurikulum kita sudah beda dengan kurikulum negara lain . Negara lain mungkin bisa menerima Ariel untuk memilih jurusan seni . Tetapi di Indonesia hanya ada dua jurusan yaitu IPA dan IPS untuk tingkat SMA . Di sekolah kejuruanpun belum ada tentang jurusan seni .
Orang tua sudah saya panggil termasuk membicarakan kepada guru BP. Hasil
anaknya tetap rendah nilainya hampir semua pelajaran. Dalam perkembangan remaja
di kenal ada tiga katagori remaja yaitu remaja awal berusia 12-15 tahun ,
remaja madya yaitu usia 15-18 tahun dan remaja menuju kedewasaan yaitu usia
18-21 tahun . Usia SMA yaitu 15-18 tahun termasuk usia remaja madya . Perkembangan remaja usia madya ini ditandai
dengan ciri-ciri mencari identitas diri , ingin menonjolkan diri , lebih
percaya kepada teman sebayanya , pikiran sudah ke tahap rasionalitas dan sering
terjadi konflik antara guru , orang tua karena dia mempunyai aturan sendiri
atau semau gue .
Pada tahap ini saya berpendapat Ariel sedang melawan dengan yang tidak disukainya . Ariel ingin menunjukkan identitasnya bahwa dia berbeda dengan orang disekitarnya maka dia melawan dengan cara acuh terhadap pelajaran lain dan asyik dengan dunianya sendiri . Kalau hal ini terjadi sebenarnya kita sebagai guru adalah berlaku sebagai pendengar yang baik . Biarlah mereka bicara dan kita mendengar isi hatinya . Kadang-kadang fenomen yang terlihat di permukaan itu bukan masalah sesungguhnya tetapi itu masih tersimpan dalam lubuk hatinya . Bagaikan timbunan salju yang setiap saat bisa meledak . Sebelum timbunan salju itu meledak , kita sebagai guru perlu meniliti dan menyelidiki permasalahan yang sebenarnya terjadi.
Akhirnya Ariel
harus tinggal kelas karena tidak memenuhi persyaratan untuk naik kelas .
Sayapun menyarankan agar Ariel pindah sekolah atau mengikuti kursus seni komik
. Di Jakarta ada lembaga Pendidikan yang bernama ESOA (Erudio School Of Art),
sebuah sekolah seni setara SMA dengan kurikulum unik. Menurut Ira, pendirinya,
sekolah ini didirikan untuk mengakomodasi pelajar dengan talenta, kebutuhan,
dan aspirasi unik yang tidak terlayani baik di IPA, IPS maupun Bahasa.
Saya belajar dari Ariel bahwa sekolah mempunyai
keterbatasan . Tidak semua sekolah mempunyai jurusan yang diminati oleh seorang
siswa . Kita sebagai orang tua , ada
baiknya berdiskusi dulu dengan anak kita . Mau pilih sekolah mana dan jurusan
apa ? Agar kita tidak salah pilih dengan jurusan anak kita
! (abc )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar