(foto : idntimes.com ) |
“Buatlah rancangan, tetapi akan gagal juga; ambillah keputusan, tetapi tidak terlaksana juga, sebab Allah menyertai kami! “
( Yesaya 8:10 )
Toni menjadi anak asuh saya ketika kelas dua IPA ,
sebagai wali kelas selalu saya perhatikan setiap siswa . Dia lulus tahun 1998
di SMAK IPEKA PURI . Tetapi Toni ini beda
dengan siswa yang lain . Sulit diatur dan selalu menyendiri . Kondisi inilah
yang membuat perkembangan belajar menjadi terhambat . Sebagai wali kelas saya
selalu mengundang orang tua untuk mensharing kondisi belajar di sekolah . Tentu
dengan keterbatasan saya sebagai orang tua di sekolah , saya mempunyai
tanggungjawab pula menghadapi persoalan yang menimpa siswa saya. Tidak dapat
dipungkiri mencari solusi untuk memecahkan persoalan tidaklah mudah . Karena
yang dihadapi oleh guru adalah siswa yang mempunyai kepribadian unik . Sebagai manusia yang diberi anugerah secara
sempurna oleh Tuhan tidaklah mudah kita mencari penyebab seseorang melakukan
sebuah perilaku yang menyimpang . Banyak teori yang mengatakan bahwa seseorang
menyimpang karena pengaruh keluarga , lingkungan atau teman . Hal inlah yang menjadi latar belakang saya untuk
menyelusuri tentang kebenaran itu . Saya mulai menyelusuri dengan teman-teman ,
keluarga dan lingkungan . Tidaklah selalu sulit untuk mendekati teman-temannya
karena Toni ternyata hanya berteman dengan sedikit orang . Jawabannya selalu
positif tentang Toni , dia tidak ada konflik diantara teman-temannya . Sayapun
mulai mengajak berbicara dengan Toni , apa yang menyebabkan tidak ada motivasi
dalam belajar . Tonipun hanya menjawab ya dan tidak ketika ditanya oleh saya .
Mendengar jawaban seperti ini menjadi sulit bagi saya untuk menemukan
permasalahannya . Setelah mendengarkan cerita dari orang tuanya , sayapun mulai
menyadari tentang pribadi Toni yang pendiam dan sulit dimengerti oleh orang
lain . Sebagai seorang guru dan walikelas tidak bosan-bosannya saya
mengingatkan , mensharing dan menasehati Toni . Kekhawatiran saya adalah kalau
diakhir semester , Toni tidak berhasil naik kelas . Hal ini ternyata menjadi
kenyataan . Toni tidak naik kelas . Suatu kesedihan dan sayapun minta maaf
karena tidak berhasil membawa Toni kepada keberhasilannya . Tetapi dengan bijak
orang tua Toni menerima hal ini . Dan mengatakan Toni tetap untuk mengulang , tidak pindah sekolah
.
Ada perubahan yang seginifikan , ketika Toni mulai
memasuki awal pelajaran baru. Dia serius belajar dan termotivasi untuk
memperbaiki kesalahan yang lalu . Saya sebagai guru merasa bahagia karena ada
perubahan dalam diri Toni . Akhir semester dia naik kelas tiga . Kegagalan
selalu ada , tetapi janganlah kita terlarut dalam kegagalan itu . Kegagalan
menjadi pelajaran bagi kita untuk memperbaiki kesalahan yang lalu . Saya
belajar dari Toni bahwa kegagalan menjadi modal untuk berbuat lebih baik .(abc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar