Cari Blog Ini

Selasa, 12 Januari 2021

Sekali lagi tentang Asessment Nasional...

Foto : Fix Indonesia-Pikiran Rakya
 

Assessment bukanlah pertunjukan sulap yang siapapun cukup berlatih berulang-ulang dan menghafal polanya, maka pertunjukan bisa sukses.( Ali Fauzi )

Mas mentri mengatakan bahwa Ujian Nasional ditiadakan dan diganti dengan asesmen kompetensi minimal , survey karakter dan survey lingkungan belajar .Tetapi menurut pemahaman saya sebagai guru  asessment bukan pengganti ujian nasional . Karena Assessment Nasional berbeda dengan Ujian Nasional baik pelaksanaan ,  kapan, untuk siapa , materi, dan tujuannya . Maka, menurut saya  Assessment Nasional  bukan pengganti Uiian Nasional. Namun dalam persiapan menghadapi Asessmen Nasional para guru diperhadapkan dengan contoh-contoh soal dan cara menjawabnya. Sehingga, kita tahu trik dan kisi-kisinya. Bahkan sekarang sudah ramai dan sibuk tentang Assessment Nasional  ini. Di  sekolah, dibentuk tim pengumpul soal model AKM. Diadakan  seminar tentang trik-trik lolos AKM, trik-trik menjawab soalnya, dan trik menghafalnya. Mirip dengan tim Ujian Nasional. Banyak guru berpendapat  AN menjadi alat ukur pengembangan pendidikan . Jadi sebagai guru harus menyiapkan murid untuk menghadapi AN ini. Ya, seperti UN lah. Kalau UN sekolah kita bagus, maka sekolah kita dianggap berhasil. Tetapi, kalau hasil AN sekolah kita tidak baik, maka sekolah dianggap gagal. Orangtua murid itu mencari sekolah yang hasil UN nya bagus. Nah, sekarang mereka tentu juga mencari sekolah yang AN-nya bagus. Padahal kita tahu bahwa AN beda dengan UN tetapi para guru mempunyai persepsi yang sama tentang AN yaitu mempersiapkan siswa seperti UN .

Menurut Ali Fauzi Asesmen (dalam bentuk apapun) itu seni membaca kemungkinan. Banyak negara mengubah cara untuk mengetest  murid sekolahnya hanya demi menghadapi perubahan zaman. Ibarat pilot, maka dia harus mampu memperkirakan adanya cuaca buruk, awan tebal, kecepatan angin, dst. Semua kemungkinan itu harus siap kita hadapi. Jadi, ketika pemerintah mau menaikkan standar pendidikan, maka salah satu cara yang ditempuh pemerintah adalah mengubah cara testnya . Ini bagus, meskipun rawan.Ketika pemerintah membahas tentang Asesmen Nasional, sebenarnya dibicarakan bukan asesmennya. Pemerintah  membicarakan model pembelajaran yang harus diubah. Jika ingin memperbaiki kualitas pendidikan, maka perbaiki kualitas pembelajarannya. Dan kualitas pembelajaran semua prosesnya ada di kelas. Maka, ubah terlebih dahulu proses di kelas. Dengan demikian  bukan diminta membantu siswa untuk bisa lulus pada AKM, tetapi kita harus mengubah cara mengajar kita. Kalau proses pembelajaran berubah, maka hasil belajar juga berubah.

Hasil Asesmen Nasional akan diperlihatkan sejauh mana sekolah itu memenuhi standart yang telah ditentukan oleh pemerintah . Apakah sekolah itu telah memenuhi standart pemerintah , melebihi standart pemerintah atau kurang dari standart pemerintah . Tentu apa hasilnya menjadi alat evaluasi sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan . Asesmen Nasional terdiri dari kompetensi literasi dan numerik . Untuk itu guru mulai mempersiapkan pembelajaran bagi siswa untuk meningkatkan kedua kompetensi tersebut bukan mencari soal-soal AKM , trik-trik menjawab soal atau menghafal isi jawaban yang dilakukan seperti bimbingan test . Sekolah bukan bimbingan test tetapi tempat belajar siswa untuk mencapai kedewasaan .Semoga (abc).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Organisasi Bayangan versi Nadiem

                   Nadiem dengan belajar merdeka "Pendikan adalah paspor untuk masa depan karena hari esok adalah milik mereka yang mem...