![]() |
Foto : Blog Bebas Bayar |
“Namun akhirnya ada sebuah awal, yang kita tahu semua, sejak pemikiran pendahulu kita yang mulia, Kartini, yang mempengaruhi pemikiran banyak orang.”
(Gedenkboek Boedi Oetomo, 1908-1918).
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan Habis Gelap Terbitlah Terang adalah buku kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini. Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht . Setelah Kartini wafat, J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia pun juga disebut-sebut sebagai Empat Saudara.
Habis Gelap Terbitlah Terang, pada 1911 menjadi bacaan yang beredar luas di kalangan terpelajar. Buku ini menuntun mereka dalam melihat arah kemajuan masa depan. Menurut Andi Achdian dalam tirto.id dinyatakan gagasan yang terkandung di dalam Habis Gelap Terbitlah Terang mewakili pandangan dari sosok pribadi yang menyerap cahaya pengetahuan modern (baca: barat), dan menjadikan pengetahuan itu sebagai teropong kritis atas kekangan sistem feodal (dan kolonial) yang menghambat kemajuan masyarakat jajahan di Hindia-Belanda.Hasil pemikiran Kartini saat itu menjadi pendobrak kaum perempuan yang menginginkan adanya kesamaan gender antara perempuan dengan laki-laki .
Dalam novel karangan Pramoedya Ananta Toer berjudul Panggil Aku Kartini Saja penerbit Lentera diceritakan bagaimana sikap Kartini menolak sistem feodalisme Jawa yang berkembang pada masa itu. Bentuk penolakan itu tampak jelas dari keinginannya untuk dipanggil tanpa gelar bangsawan atau panggilan kebesaran, seperti termuat di salah satu suratnya ke Estelle Zeehandelaar tertanggal 25 Mei 1899 yang berbunyi: “Panggil aku Kartini saja—itulah namaku.” .Sikap lain Kartini mulai melihat adanya perbedaan, jurang pemisah antara kelompok pribumi dan belanda. Kemiskinan, sistem kasta yang berlaku terutama di kalangan pribumi/jawa sendiri. Feodalisme yang membuatnya resah mengenai dunia pribumi yang dikenalnya. Sedang pada saat bersamaan, ia mengenal dunia barat dan menguasai alatnya, yaitu bahasa belanda. Ia temukan setitik jalan keluar bagi bangsanya melalui bacaan, dan budaya barat yang dalam hal ini diwakili oleh eropa atau Belanda khususnya di Indonesia--sebagai kekuatan terbesar di zamannya. Kegelisahan diri Kartini terlihat dari pernyataannya tentang masyarakat pribumi di masanya sebagai rimba-belantara yang gelap gulita. Obor-obor yang diharapkannya jadi penerangan dalam kegelapan itu, tanpa malu-malu diakuinya adalah intelektualitas Eropa, yang belum juga dimiliki oleh kaum pribumi. “Dengan intelektualitas Eropa itulah, rimba-belantara yang gelap-gulita itu akan menjadi padang luas yang terang-benderang bagi setiap orang.” . Dari situlah Kartini ingin membantu memajukan negeri dan masyarakatnya sendiri. Novel karangan Pram tentu menjadi referensi dari banyak buku tentang Kartini ,hal ini menjadi bagian untuk lebih mengenal sejarah kebangsaan kita .
Perjuangan R.A.Kartini menjadi inspirasi bagi kaum wanita di Indonesia untuk menjadi pendekar bagi bangsa Indonesia . Sikap untuk menentang diskriminasi , perbedaan gender dan hak menjadi manusia sejati menjadi hal yang utama dalam perjuangan R.A Kartini . Untuk itu perlu kita perjuangkan semangat Kartini agar tidak luntur terbawa waktu ...(abc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar