Menerima kehadiran Tuhan |
Ruang berisi 200 tempat duduk menjadi saksi bisu tentang kehadiran Tuhan . Hari Senin sampai dengan Rabu , siswa mengadakan kebaktian . Entah sudah berapa kali saya sebagai guru mendengarkan khotbah dari pendeta dan hamba Tuhan yang berdiri di atas mimbar . Siswa secara bergiliran menjadi MC , singer dan pemusik . Pujian , firman Tuhan dan doa menjadi ibadah bahwa manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa . Saya berharap siswa dan semua orang yang mengikuti kebaktian bisa menerima kehadiran Tuhan . Walaupun dalam kebaktian sering melihat siswa ngantuk , sudah di colek tetapi mata tetap susah diajak kompromi .Atau siswa di sela kebaktian minta ijin ke WC , sangat mengganggu dalam ibadah yang seharusnya kita bisa menahan diri untuk mengikuti ibadah. Ibu Betty dan Pak Ben sebagai guru agama sering mengingatkan bahkan sebelum ibadah dimulai untuk memberi waktu selama 80 menit dengan sungguh-sungguh menikmati kehadiran Tuhan . Hati dan pikiran harus terfokus untuk Tuhan . Namun kadangkala kita sebagai manusia kita lupa dan masih dengan kedagingan kita menuruti kemauan kita bukan kemauan Tuhan . Di aula kita diajarkan dan di latih untuk menghormati dan menghargai kehadiran Tuhan .
Pembicara dan alumni datang mempresentasikan materi di aula . Banyak pengetahuan dan pengalaman menjadi bagian pembelajaran. Aula menjadi tempat mengasah pikiran dan rasio untuk bekal masa depan siswa.
Talenta ditampilkan |
Gegap gempita , sorak sorai terdengar ketika diadakan berbagai lomba dalam rangka class meating . Pembacaan puisi , tari modern dan nyanyi menjadi acara di panggung aula. Segala talenta terasah di aula sebagai inspirasi kaum muda.
Setelah pulang sekolah kadang ramai di aula .Pak Chris bagian perlengkapan audio selalu siap sedia dan pulang larut malam karena menemani siswa yang sedang berlatih teater , musik Kokdan tari untuk persiapan pertunjukan pentas . Letih dan capai kadang tertidur di aula karena latihan untuk keberhasilan .
Teater guru sebelum tampil |
Setiap momen memperingati hari besar keagamaan misalnya Natal menjadi peringatan di akhir tahun . Sudah beberapa kali sebagai guru , saya ikut merayakan hari Natal di aula. Suatu kebetulan guru SMA mempunyai talenta bermain teater dalam bentuk lenong . Dua kali pertunjukan pernah tampil di aula . Hanya modal nekat kami menampilkan lenong tanpa selera dan apa adanya . Skenario ciri Srimulat kami tampilkan tanpa skrip dialog hanya jalan besar ceritanya yang menjadi patokan . Dialog dan ekspresi menjadi luapan emosi setiap pemain , latihan hanya dua , tiga kali tak jadi soal yang penting main . Guru baru menjadi korban untuk jadi pemain , ibarat sebelum jadi anggota guru SMA di uji dulu nyali untuk tampil di aula. Ternyata penonton terhibur dengan teater guru SMA , tidak terduga ternyata guru SMA mempunyai talenta yang tersembunyi perlu ditingkatkan terus , jangan sampai kalah dengan Teto( Teater Tomang ) yang didirikan oleh siswa. Open house , pertemuan orang tua dan kunjungan kedinasan diadakan di aula .
Selfie di aula |
Banyak hal sudah dilakukan di aula , foto guru maupun muridpun di lakukan di aula. Seperti sebuah perjalanan , aula menjadi saksi hidup yang mengisi setiap langkah menuju masa depan…(ABC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar