Cari Blog Ini

Jumat, 18 Maret 2022

Metaverse dalam dunia pendidikan...

"Mendidik manusia dalam pikiran dan bukan dalam moral berarti mendidik ancaman bagi masyarakat." - Theodore Roosevelt

Perubahan dalam pendidikan

Akhir-akhir ini metaverse menjadi topik yang viral untuk dibicarakan . Mulai dari media sosial , podcast di youtube dan website di internet . Pembahasan ini berawal ketika Facebook, telah melakukan rebranding untuk memberi sinyal dan merangkul ide-ide futuristik dengan mengangkat istilah metaverse.  CEO Facebook, Mark Zuckerberg mengubah nama perusahaannya menjadi Meta Platforms Inc., atau disingkat Meta pada Kamis (28/10/2021).  Metaverse pertama kali diciptakan oleh Neal Stephenson dalam novel berjudul Snow Crash di tahun 1992 . Dalam novel tersebut dijelaskan istilah metaverse merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh avatar orang sungguhan.  .  Secara futuristik  metaverse adalah internet yang diberikan dalam bentuk 3D.  Zuckerberg menggambarkan metaverse sebagai lingkungan virtual yang bisa kita  masuki, alih-alih hanya melihat layar. Jika dipersingkat, ini adalah dunia komunitas virtual tanpa akhir yang saling terhubung. Di mana, orang-orang dapat bekerja, bertemu, bermain dengan menggunakan headset realitas virtual, kacamata augmented reality, aplikasi smartphone dan atau perangkat lainnya. Dunia telah berubah dari reality menjadi ekspektasi , dari dunia nyata menjadi dunia maya . 

Kehidupan dunia virtual


Metaverse menjadi dunia virtual bagi kehidupan kita . Adanya metaverse, memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal seperti pergi ke konser virtual, melakukan perjalanan online, membuat atau melihat karya seni dan mencoba pakaian digital untuk dibeli. Metaverse bisa menjadi game-changer untuk sistem shift kerja dari rumah atau work from home di tengah kondisi pandemi Covid-19. Dengan  hanya dapat melihat rekan kerja di kotak panggilan video seperti aplikasi video conference, karyawan bisa bergabung bersama di kantor virtual. Facebook sendiri telah meluncurkan software meeting untuk perusahaannya yang disebut Horizon Workrooms dan digunakan dengan headset Oculus VR-nya. Headset yang berharga USD 300 lebih ini membuat pengalaman metaverse paling mutakhir di luar jangkauan orang-orang. Menurut Zuckerberg, banyak pengalaman metaverse yang akan hadir di sekitar untuk menciptakan kemampuan berteleportasi dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya. Perusahaan-perusahaan teknologi harus mencari cara untuk bisa menghubungkan platform online mereka satu sama lainnya.

Metaverse menjadi pola hidup


Bukan Facebook saja yang melakukan proyek metaverse namun ada beberapa perusahaan teknologi besar seperti Microsoft dan pembuat chip Nvidia telah membicarakan metaverse. Wakil presiden platform Omniverse Nvidia, Richard Keris mengatakan bahwa ada banyak perusahaan yang membangun dunia dan lingkungan virtual di metaverse, sama dengan banyak perusahaan yang melakukan sesuatu di World Wide Web. Richard menjelaskan, bahwa metaverse sangat penting untuk bisa diperluas, sehingga pengguna bisa berteleportasi ke dunia yang berbeda baik dari satu perusahaan atau perusahaan lain. Dengan cara yang sama, metaverse akan membuat pengguna internet dapat berpindah dari satu halaman web ke halaman web lainnya.

Metaverse dalam game

Selain itu, perusahaan video game di balik video game Fortnite yang populer, Epic Games, juga turut mengambil peran dan telah mengumpulkan USD 1 miliar dari investor untuk membantu rencana jangka panjang membangun metaverse. Pemain besar lainnya adalah platform game Roblox. Dimana platform mereka telah menguraikan visinya mengenai metaverse sebagai tempat di mana orang-orang bisa berkumpul bersama dalam pengalaman 3D untuk bekerja, bermain, bersosialisasi, belajar dan berkreasi. Merek-merek seperti rumah mode Italia Gucci juga melakukan kolaborasi dengan Roblox untuk menjual koleksi aksesoris khusus digital. Selain itu, Coca-Cola dan Clinique juga turut menjual token digital sebagai batu loncatan menuju metaverse.

Kehidupan tanpa batas

Bagaimana dengan dunia pendidikan ? Kemajuan teknologi tentu berdampak terhadap perubahan yang terjadi , tidak dapat disangkal dunia pendidikan akan mengalami perubahan . Dunia pendidikan tidak akan menolak kemajuan teknologi. Justru kita memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai alat untuk melakukan kegiatan positif . Dengan adanya pengembangan metaverse oleh perusahaan teknologi raksasa maka dunia pendidikan mau tidak mau harus mempersiapkan diri menyambut kemajuan teknologi tersebut. Metaverse akan menjadi tantangan tersendiri , hal ini pernah terjadi ketika internet masuk ke dalam dunia pendidikan . Siswa dilarang membawa dan menggunakan hp di kelas , tetapi dengan kemajuan internet sekarang dengan bebas siswa membuka hp menjadi media pembelajaran . 

Pengajaran di metaverse

Metaverse suatu saat akan membuat guru sejarah tidak perlu membawa siswa pergi ke museum di dunia nyata . Siswa diajak ke dunia metaverse , disana sudah tersedia museum virtual tiga dimensi. Siswa dapat mengunjungi semua museum di dunia , seolah-olah bisa berjalan di dalam ruangan museum dengan disertai guide untuk menjelaskan tentang peninggalan masa lampau . Sebagai contoh lain , guru geografi dapat mengajak siswa untuk melihat peristiwa gunung meletus bahkan bisa melakukan wawancara dengan ahli vulkanologi secara virtual . Metaverse akan menjadikan pelajaran yang sebelumnya hanya bisa dilihat dalam dua dimensi , menjadi sebuah pengalaman yang lebih nyata . Siswa diajak keluar dari dimensi abstrak menuju sebuah realitas virtual .

Hubungan dunia maya

Metaverse mungkin  akan membuat seluruh aktivitas dalam dunia pendidikan nantinya dapat dilakukan dalam dunia virtual. Tidak sadarkah kita sekarang sedang menuju ke arah ke sana ? Hampir dua tahun kita mengadakan pembelajaran virtual di sekolah-sekolah  . Pademi Covid 19 sedikit-demi sedikit telah mengubah perilaku siswa  , siswa pun mulai terbiasa dengan pembelajaran secara on-line . Melalui zoom , class room dan podcast tidak sadar siswa sudah mulai menuju kehidupan metaverse . Sekarang di sekolah-sekolah swasta guru-guru generasi boomers mulai tersingkir dengan alasan pensiun dini diganti oleh generasi millenials dan alpha yang lebih fresh dan melek teknologi . Tentu hal ini tidak salah karena ingin mempersiapkan perubahan yang akan terjadi . 

Terpisah dengan realita

Sekolah akan dibangun di dunia virtual , kelas-kelas akan terdapat dalam dunia virtual , pembelajaran dilakukan secara virtual bahkan administrasi sekolah dapat dilakukan secara virtual . Metaverse membuat kita dapat melakukan apa pun tanpa harus bertemu secara langsung . Jika hal ini terjadi tentu menjadi sebuah disrupsi bagi dunia pendidikan masa kini. Sebuah impian yang sangat menarik sekaligus mengerikan .

Dampak metaverse dalam kesehatan

Dampaknya apa bagi kita ? Kalau semua kegiatan pendidikan dilakukan secara virtual dampak negatif berpengaruh terhadap kesehatan . Joanna Stern seorang kolumnis teknologi senior pernah melakukan uji coba menggunakan virtual reality dan masuk dalam metaverse selama 24 jam mengaku bahwa dia mengalami gejala kepala pusing dan mata sakit . Ini satu contoh hanya dilakukan dalam satu hari . Bisa dibayangkan kalau dilakukan berhari-hari akan berakibat fatal  terhadap kesehatan tubuh kita . Selain dunia kesehatan metaverse berdampak terhadap kehidupan sosial kita , manusia adalah makhluk sosial membutuhkan orang lain , perlu interaksi secara langsung kepada orang lain. Bagaimanapun juga dunia virtual bukanlah dunia nyata . Dunia nyata adalah tempat hidup kita sekarang ini di bumi bukan di metaverse . Tidak heran seorang guru nanti tidak akan pernah mengenal secara langsung siswa yang telah diajar berbulan-bulan . Bisa jadi pembelajaran hanya formalitas belaka saja tanpa menjadikan manusia sesungguhnya. Padahal hakekat pendidikan adalah memanusiakan manusia . 

Pendidikan memanusiakan manusia...

Perkembangan teknologi termasuk metaverse , hakekatnya adalah sebuah cara tidak bisa dijadikan esensi kehidupan . Dalam pandang seorang pensiun guru seperti saya , sekolah fisik dan semua kegiatan didalamnya juga tidak dapat digantikan oleh metaverse . Hubungan langsung antara guru dengan siswa tidak bisa tergantikan oleh teknologi . Saya sangat menyayangkan apabila guru-guru seumuran saya di sekolah disingkirkan karena alasan gaptek teknologi . Padahal dalam hatinya yang terdalam ada integritas dan loyalitas terhadap pendidikan . Dalam pengajaran mungkin mereka kalah dengan generasi lebih muda tetapi mereka menang dalam pengalaman. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik ? Saya sangat menghargai guru-guru di sekolah Katolik , mereka masih menghormati dan menghargai guru - guru sepuh , walaupun usia sudah pensiun tetapi masih diperpanjang . Saya yakin bapak dan ibu guru tersebut gaptek tetapi tetap mengajar dan mendidik dengan ketulusan hati . Hasil dari buah mereka banyak alumnus sekolah-sekolah Katolik menjadi berkat bagi orang lain .Akhirnya bagaimanapun juga dunia pendidikan bertujuan memanusiakan manusia bukan memvirtualkan manusia.( abc )

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Organisasi Bayangan versi Nadiem

                   Nadiem dengan belajar merdeka "Pendikan adalah paspor untuk masa depan karena hari esok adalah milik mereka yang mem...