Cari Blog Ini

Rabu, 16 Maret 2022

Wanita Tangguh ...

Beberapa orang pergi ke pendeta, yang lain melampiaskan dengan puisi, tapi aku pergi kepada sahabatku. -Virginia Woolf-

Jarak Cibinong - Jakarta 58 km memerlukan waktu satu jam perjalanan dari rumah  menuju  ke sekolah . Setiap hari perjalanan dilakukan tepat jam lima pagi berangkat dan sampai di sekolah jam enam lebih lima belas menit , ada waktu lima belas menit untuk persiapan karena jam setengah tujuh guru harus siap untuk mulai renungan pagi . Hampir delapan belas tahun hal ini dijalankan , dengan penuh dedikasi dan pengorbanan dilakukan menjadi seorang guru . Maria Intan Nugraheni nama guru itu , lahir di Purworejo empat puluh tahun yang lalu . Anak sulung dari dua bersaudara ,  ayahnya seorang pengawas sekolah dan ibunya guru SMP Negeri di Purworejo . Lulusan Jurusan  Matematika Fakultas MIPA  IPB Bogor menjadi guru matematika di SMA K IPEKA Tomang . Tahun 2003  perkenalan pertama , Bu Maria duduk disamping saya , sebagai guru baru banyak bertanya dan tentu saya sebagai guru yang dituakan menjadi mentor bagi dia . Saat acara reuni pertama saya disuruh membuat kronologi sejarah tentang IPTO dan Bu Maria membacakan naskah tersebut . Tidak disangka dalam diri Bu Maria ada talenta mencipta dan membaca puisi . Tidak mengherankan dalam setiap acara di sekolah baik perayaan natal , paskah atau wisuda didaulat menjadi MC atau membaca puisi ciptaan sendiri . Kata indah penuh makna terngiang di telinga dalam deretan kata puisinya . Decak kagum dan tepuk tangan selalu mengiringi ketika puisi dibacakan dengan intonasi penuh perasaan . 


   

Setelah kost bersama Bu Risa yang sama-sama guru matematika di Green Ville , Tanjung Duren kemudian Bu Maria menikah dengan pak Nugroho  teman satu RT di kampung kota Purworejo . Kemudian beli rumah di Cibinong  biar suami dekat bekerja di Astra Cikarang tetapi jauh untuk Bu Maria  , tetapi tidak apa-apa bagi Bu Maria tempat dimana saja sama saja tetap bersyukur dalam segala hal . Perjuangan Bu Maria berangkat dari subuh dan kembali menjelang magrib , secara pribadi saya kagum dan salut . Perjalanan yang cukup jauh dengan naik bis tiap hari dan kemudian berhenti di Untar dan berjalan kaki menuju ke sekolah . Setiap hari rutin dilakukan dan biasanya saya bertemu di halte Untar lalu kita berjalan bersama menuju ke sekolah . Berjalan lima belas menit pagi hari  tentu menyehatkan badan dan itu terasa tubuh tidak pernah diserang penyakit selalu semangat untuk bekerja. Saya pun tidak bisa membayangkan perjuangan Bu Maria ketika hamil tua dengan dua kali kehamilan tetap melakukan perjalanan jauh dari rumah Cibinong menuju sekolah di Green Ville Jakarta Barat . Tentu sebuah perjuangan cukup berat bagi keselamatan seorang ibu dengan anaknya. Menjaga anaknya dalam kandungan tiap hari menjadi kodrat seorang perempuan . Saat itu saya pernah untuk menyarankan kost saja yang dekat biar tidak capai dan bisa istirahat . Tetapi jawab Bu Maria masih kuat dan di rumah siapa yang melayani  suami katanya suatu hari kepada saya .  Tentu saya tidak bisa memaksa , Tuhan menjaga dan melindungi Bu Maria dan dua anaknya lahir dengan selamat . Daniel Anindito Nugroho dan Elnathan Anindito Nugroho nama kedua anak tersebut . 


 Bu Maria mengajar bidang studi Matematika . Pelajaran sulit bagi banyak siswa tetapi dengan kemampuannya sebagai guru , pelajaran sulit jadi mudah . Bukankah tugas guru menyederhanakan hal yang sulit menjadi mudah dan bisa dimengerti oleh siswa bukan sebaliknya menyulitkan hal yang sulit bagi siswa . Tidak mengherankan siswa tambah stres dan malas ke sekolah . Pembelajaran dengan berbagai metode dan media dilakukan oleh Bu Maria sehingga  banyak siswa yang tertarik dengan matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan dan itulah yang memberi semangat bagi Bu Maria. Dengan kesabaran tanpa batas selalu membantu bagi siswa yang kesulitan belajar matematika . Sebagai seorang pendidik , Bu Maria sadar bahwa setiap siswa mempunyai bakat , talenta dan kemampuan yang berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya. Perbedaan inilah yang membuat seorang guru mendidik secara individual untuk setiap orang . Mengajar boleh klasikal tetapi melayani anak tetap individual . Itulah prinsip yang mendasari seorang guru dan selalu diingat oleh Bu Maria . Kadang kala makan dan minum siang hari terlupakan karena banyak siswa yang datang bertanya dan jam istirahat sering kali terabaikan . Tetapi Bu Maria tetap melayani dengan suka cita  , ada kebahagian sendiri kalau dirinya menjadi berkat bagi orang lain. Tidak ada yang membanggakan bagi seorang guru kalau muridnya nanti melebihi dari gurunya dan menjadi orang yang berguna bagi sesama. Itu doa seorang guru setiap waktu .


      Bu Maria menjadi menteri keuangan di ruang guru , segala hal yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran uang seperti iuran guru tiap bulan , dana untuk keperluan sertifikasi guru ,uang  duka dan suka cita sampai makan bersama dikelola dengan teliti . Selain itu juga menjadi nyonya Lazada dengan kejelian jarinya memencet android untuk bertransaksi online melalui aplikasinya. Tahu- tahu barang sudah ada kita tinggal pakai , semua diurus oleh Bu Maria kita tinggal transfer ke rekening Bu Maria atau kalau kita lagi kantong kering bayarnya bisa bulan depan . Mudah dan praktis , itulah yang terjadi jaman serba  on-line . 




 Tanpa disadari dan tak terduga selama hampir satu tahun Bu Maria menderita  sakit  , saya baru tahu dan itu diberitahu oleh pak  Theo bahwa Bu Maria mengalami sakit kanker sekarang sedang kemoterapi di rumah sakit . Melihat raut wajah Bu Maria di google meet atau zoom memang terlihat beda , wajahnya lesu dan tubuhnya semakin kurus dan terlihat kepalanya tertutup rambut wig akibat kemoterapi . Tentu beda dengan Bu Maria yang saya kenal , beberapa tahun yang lalu sering berjalan pulang bersama , untuk mengejar bis agar tidak tertinggal maka sering naik bajaj bersama . Pagi hari sering berjalan bersama dari halte Untar menuju ke sekolah , beli nasi warsun ( Warung Sunda) atau jus buah-buahan yang menjadi langganan tiap hari . Begitu kuat , tangguh dan tanpa lelah . Sekarang tubuhnya terasa tak berdaya  karena kanker menggerogoti tubuhnya , tetapi Tuhan baik di masa pademi Corona 19 pembelajaran dilakukan secara daring sehingga Bu Maria bisa melakukan di rumah . Saat tubuh perlu istirahat Bu Maria bisa berjumpa dengan anak didiknya melalui class room di laptop . Tentu hal ini disyukuri,  setiap peristiwa memberi makna tersendiri . Di masa pademi Tuhan memberi ujian untuk mempertebal iman kita . Kadang kala Tuhan memberi ujian untuk meningkatkan kelas iman kita . Tuhan tidak memberi ujian melebihi kemampuan kita , kitapun harus mawas diri apakah ini karena perbuatan kita sehingga Tuhan mengingatkan kita untuk memperbaiki hidup kita . 


Hati yang gembira adalah obat untuk menyembuhkan segala penyakit . Hal itu yang dilakukan oleh Bu Maria . Dengan hati yang gembira dan semangat tinggi  Bu Maria menjalani kehidupan tanpa menggerutu . Doa tiap hari dilakukan oleh sesama guru dan upaya penyembuhan melalui pemeriksaan dokter  dan kemoterapi di rumah sakit dilakukan . Puji Tuhan , Tuhan adalah kasih , Bagi Tuhan  tidak ada yang mustahil  . Tuhan memberi kesembuhan total bagi Bu Maria . Kanker yang berkembang dalam tubuh Bu Maria hilang tak berbekas. Semua ini karena mujizat Tuhan , kepasrahan diri dan selalu berseru kepada Tuhan . Waktu Tuhan yang terbaik bukan waktu manusia. Pada saat pergumulan datang kita hanya dapat berserah diri bahwa manusia makhluk yang lemah , kita butuh pertolongan Tuhan . Itu kata-kata terucap ketika Bu Maria bersaksi di renungan  guru . Sekarang Bu Maria telah sehat , tubuhnya tidak lemah lagi , rambutnya tumbuh terurai dan senyum ada diwajahnya . Hati yang gembira adalah obat yang mujarab dan itu telah dibuktikan oleh Bu Maria .

     Hampir delapan  belas tahun saya mengenal Bu Maria , saya merasa bangga mempunyai sahabat , saudara dan adik seorang wanita yang tangguh sebagai  guru untuk menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus . (abc)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Organisasi Bayangan versi Nadiem

                   Nadiem dengan belajar merdeka "Pendikan adalah paspor untuk masa depan karena hari esok adalah milik mereka yang mem...