Bongkar pasang kurikulum |
Kurikulum berubah, tidak otomatis kualitas pendidikan meningkat. Namun, jika kualitas guru meningkat, kualitas pendidikan pasti meningkat, itu kuncinya.( Anies Baswedan )
Tahun pelajaran 2022-2023 berlaku kurikulum baru yang bernama kurikulum merdeka (Kurma) sebagai pengganti kurikulum darurat akibat adanya pademi covid 19 . Pergantian ini sepertinya tergesa - gesa , dengan kurun waktu sekitar 6 bulan terjadi pergantian kurikulum . Sering berganti kurikulum tetapi mengapa kualitas pendidikan masih rendah ? Dimana kesalahan terjadi ? Pertanyaan ini ada karena kita disuguhi data tentang hasil Tren Nilai dan Peringkat PISA Indonesia tahun 2019 yaitu :
Dari data tersebut di atas diperlihatkan ada kenaikan nilai dan peringkat setiap tahun tetapi terjadi kemunduran juga . Tidak ada kenaikan yang berlangsung terus-menerus bahkan mengalami kemunduran . Untuk mencari solusi ini ,kemudian Kemdikbud gonta-ganti kurikulum mulai dari kurikulum 2003 dengan KBK , kurikulum 2006 , kurikulum 2013 , masa pademi Covid 2019 keluar kurikulum darurat sampai yang terakhir tahun 2022 keluar kurikulum merdeka . Namun dalam kenyataannya tidak ada pengaruh yang signifikan antara kurikulum dengan kualitas pendidikan di Indonesia . Padahal rekomendasi dari OECD tidak mencantumkan adanya perubahan kurikulum tetapi bagaimana meningkatkan kompetensi membaca , matematika dan sains bagi siswa . Kondisi ini menurut Prof . Indra Charismiadji praktisi dan pengamat pendidikan menganalogikan bangsa Indonesia sedang sakit pusing selalu minum paramex tetapi tidak sembuh-sembuh sampai akhirnya di periksa di rumah sakit OECD dengan test namanya PISA . Kemudian hasil testnya ternyata terkena hypertensi sehingga perlu diubah pola makannya tidak boleh makan asin-asin , makan daging kambing dan minum amlodipine . Tetapi yang dilakukan oleh bangsa kita bukan membeli amlodipine melainkan bodrex . Jadi sakitnya apa ,obatnya apa itu yang menjadi problem bangsa kita . Antara penyakit dan obatnya sudah keliru tetapi pemerintah tetap yakin obatnya tanpa rekomendasi . Bagaimana kita akan meningkatkan PISA kita kalau satu rekomendasi dari OECD tidak kita dilakukan tetapi kita tetap ngotot dengan cara kita sendiri . Analogi ini tentu ada benarnya ketika mengamati kondisi pendidikan kita , biaya milyaran rupiah terbuang percuma kalau kita tidak memperhatikan permasalahan yang terjadi untuk mencari solusi yang benar .
Data UKG secara nasional |
Rekomendasi OECD pada dasarnya adalah penguatan kapabilitas dan kapasitas guru-guru di Indonesia . Hal ini sudah dipahami oleh pemerintah dan hasil uji kompetensi guru di Indonesia masih rendah karena kurang dari 50 sehingga kompetensi guru perlu ditingkatkan . Tetapi hal ini tidak kunjung diperbaiki oleh pemerintah . Kurikulum bagaikan partitur musik , kita mau bisa partitur lagunya Mozart , Rinto Harahap atau Didi Kempot . Tetapi kalau problemnya pemain orkestra tidak bisa main musik , jelak hasilnya . Diajari dulu pemainnya bukan gonta-ganti partiturnya . Demikian juga dengan dunia pendidikan kita , guru-guru perlu ada pelatihan terhadap kompetensinya sehingga bisa mampu dan menguasai kurikulumnya bukan gonta-ganti kurukulum tetapi guru masih belum jelas dan masih bingung . Hal ini yang terjadi di Indonesia . Kita gonta-ganti kurikulum tetapi guru belum jelas kurikulumnya . Kurikulum baru tahap proses tetapi kurikulum sudah diganti . Kenapa pemerintah tidak membenahi guru dengan memperdayakan guru sehingga kualitas guru meningkat kompetensinya .
Guru bukan satu-satunya sumber belajar |
Kalau kita lihat kurikulum 2013 punya standart proses pendidikan yang sangat baik yang tercantum dalam Permendikbud no.22 tahun 2016 . Kalau ini sudah dilaksanakan saat pademi covid 19 tidak terjadi learning loss . Dalam Permendikbud no.22 tahun 2016 bisa menjadi evaluasi pendidikan kita .
1.Kita lihat dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar;
3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.
Keberhasilan bersama |
Kalau Permendikbud no.22 tahun 2016 ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka tidak perlu lagi adanya kurikulum merdeka (KURMA) . Misalnya dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu . Guru melakukan hal ini dengan cara memberi tugas kepada murid untuk mencari pengetahuan dimana saja bukan hanya memberi tahu di buku teks atau menghabiskan materi buku teks setelah itu pembelajaran selesai .Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar. Di kelas guru bukan satu-satunya sumber belajar tetapi hanya salah satu saja , perpustakaan , internet , buku referensi bisa menjadi sumber belajar . Kalau semua ini dilakukan dengan sungguh-sungguh maka pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan . Hal yang menjadi penting sekarang adalah SDM guru-guru di tingkatkan bukan kurikulum yang gonta-ganti . Semua ini adalah PR bersama untuk kemajuan pendidikan kita . (abc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar