![]() |
foto.Kappri .Word Press.com |
“Memang
kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi”
( 2 Korintus 10:3 )
Billy adalah murid yang mendapatkan bea siswa untuk
mengikuti pendidikan di sekolah kami. Anaknya memang dari latar belakang broken
home sehingga dia diasuh dalam sebuah panti asuhan . Pendidikannyapun dari
persamaan Kejar paket B artinya bukan dari sekolah formal . Kelompok
Belajar atau Kejar adalah jalur pendidikan nonformal yang difasilitasi oleh
Pemerintah untuk siswa yang belajarnya tidak melalui jalur sekolah, atau bagi
siswa yang belajar di sekolah berbasis kurikulum non pemerintah seperti
Cambridge, dan IB (International Baccalaureate). Di Indonesia ada tiga Kejar
Paket yaitu Paket A dapat mengikuti Ujian Kesetaraan SD, peserta Kejar Paket B
dapat mengikuti Ujian Kesetaraan tingkat SLTP dan peserta Kejar Paket C dapat
mengikuti Ujian Kesetaraan SMU/SMK/MA. Bagi Billy ada kesulitan untuk adaptasi
proses pembelajaran dari pendidikan non-formal ke pendidikan formal . Tidak
mengherankan rapot semester merah semua hanya olah raga yang nilainya baik .
Memang dia jago main sepak bola , dia pemain utama regu futsal di sekolah kami
. Bagi saya sebagai wali kelas merupakan ujian berat karena
harus memberikan motivasi yang baik bagi Billy .Orang tua wali murid sudah saya
panggil untuk memberi motivasi bagi Billy , tetapi hasilnya belum memuaskan
karena memang Billy tidak mampu untuk belajar di sekolah formal. Guru BP pun
sudah berusaha untuk memberikan pembinaan terhadap anak ini tetapi hasilnyapun
nihil . Sampai akhirnya Billy tidak naik kelas dan semua itu karena memang
anaknya tidak mampu untuk belajar di tingkat SMA.
Pengalaman Billy ini menjadi pelajaran
bagi saya sebagai guru , jangan
memaksakan seseorang untuk mengikuti kemauan kita yang tidak sesuai dengan
kemampuan dirinya . Perlu dicermati apakah latar belakangnya sesuai dengan
minat , bakat dan potensi dalam dirinya . Hal ini menjadi perhatian bagi kita bahwa jangan memaksakan seseorang untuk
sekolah yang tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya . Masih banyak
pilihan bagi seseorang untuk menjadi apa di kemudian hari ? Menurut Rocky Gerung , sekolah hanya untuk
mendapat ijazah bukan untuk mengubah pikiran seseorang . Kesuksesan seseorang
tidak ditentukan oleh sekolah . Banyak orang sukses tidak ditentukan oleh
ijazah sekolah . mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tidak
lulus SMA ,Alam Wiyono (Direktur Markrting PT Toyota-Astra Motor),Sukyatno
Nugroho (Es Teller 77,Mie Tek-tek ), Stevanus Abrian Natan ( Direktur Eksekutif
PT Centranusa Insancemerlang ,
trendsetter dan market leader industry MLM di Indonesia ) , Bob Sadino (KemChick), Willy Sidharta (Presiden
Direktur PT Aqua Golden Mississippi) dan lain-lain . Mereka semua tidak
mendapat ijazah dari sekolah tetapi mereka bisa hidup sukses .Faktor apa yang
menyebabkan mereka sukses , menurut Andrias Harefa dalam bukunya Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup
mengatakan ada tujuh faktor yaitu pertama
ide , keyakianan dan visi kuat mengenai masa depan masyarakat dunia dan
bagaimana menangguk keuntungan dari semua hal itu ; kedua , mereka memiliki sensitivitas terhadap kebutuhan pasar ; ketiga ,mereka sangat kreatif untuk
menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar ; keempat , mereka
mengembangkan keberanian untuk mengambil resiko dalam usia muda (risk-taker); kelima , mereka memiliki kebiasaan bekerja
keras , yang bagi mereka justru menyenangkan karena karena pilihan kerja mereka
bertalian erat dengan minat dan bakat atau talenta pribadi ; keenam , mereka memiliki toleransi
terhadap kegagalan dan tidak menganggapnya sebagi hal yang haram atau najis tetapi
justru perlu untuk dapat sungguh-sungguh berhasil ; ketujuh , mereka pantang menyerah dan mendemonstrasikan ketekunan
bekerja yang luar biasa . Ketujuh faktor ini tidak diajarkan secara formal di
sekolah tetapi justru lebih diajarkan dalam kegiatan ektra-kurikuler SMA . Anehnya ada beberapa guru yang alergi
terhadap kegiatan ekstra-kurikuler , mereka lebih berkutat terhadap pendidikan
akademik yang hanya dinikmati oleh segelintir orang saja . Disinilah perlu ada
paradigma baru terhadap pendidikan bahwa sekolah bukan hanya untuk mendidik
secara akademik saja tetapi lebih dari itu menyiapkan dan mendewasakan
seseorang sesuai dengan potensi , talenta dan karakter dalam diri anak . Ini tugas guru , berat
tetapi bisa dilakukan …(abc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar