Cari Blog Ini

Jumat, 18 September 2020

Edufair dan passion







Sebab rancangan-Ku  bukanlah rancanganmu  , dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

( Yesaya 55 : 8 )


Edufair menjadi sarana informasi untuk memperkenalkan institusi pendidikan di dalam maupun luar negeri bagi masyarakat . Tentu banyak ragam bagi masyarakat untuk menentukan pilihan bagi putra-putrinya yang sekarang duduk di bangku  SMA . Promosi setiap institusi pendidikan  untuk memperkenalkan dirinya banyak strateginya . Segala marketing dengan berbagai benefit menjadi umpan untuk menarik konsumen . Mulai dari bonus potongan harga ,  lulusan alumni , fasilitas gedung kuliah sampai hadiah menarik untuk para pengunjung . Pada masa pademi Covid 19 ini tentu pelayanan  digital menjadi viral dalam ajang promosi .Mulai dari webinar dengan mengundang para alumni yang sudah bekerja di perusahaan bonafit , konsultasi pendidikan melalui g.meet atau penampilan video di youtube untuk menjaring konsumen . 

Edufair menjadi produk yang selalu hadir tiap tahun di SMA kota-kota besar . Tidak saja di Jakarta tetapi sudah melanda di berbagai kota , mulai dari Jakarta , Bandung , Medan , Surabaya dan Semarang . Ada simbiosis mutualisme (saling-menguntungkan) antara penyelenggara sekolah dengan institusi pendidikan di dalam maupun luar negeri . Kerjasama yang saling-menguntungkan ini tentu bertahan untuk dijalankan . Sebelum masa pedemi Covid 19 , edu fair sebagai  tempat pertemuan untuk para lulusan SMA  yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi terutama swasta baik dari dalam maupun luar negeri . Berbondong-bondong siswa dengan orang tuanya untuk berkonsultasi dengan institusi pendidikan yang mereka inginkan . Tentu ada  keuntungan financial bagi penyelenggara sekolah yang menyelenggarakan edufair , dipihak lain bagi universitas atau perguruan tinggi juga mendapat untung karena segment bagi mereka sudah terarah yaitu siswa SMA di sekolah . 

Edufair memang menjadi sebuah kebutuhan bagi siswa karena ada kebingungan setelah lulus mau ke mana ? Hal ini yang terjadi dalam diri anak saya yang kedua karena kebingungan dia akhirnya pilih PTN semaunya akhirnya tidak diterima dan dia tidak mau ke perguruan tinggi swasta , satu tahun harus menunggu sambil ikut bimbingan belajar untuk mempersiapkan masuk ke UMPTN lagi . Tetapi diakhir tahun pelajaran dia tidak mau mendaftar UMPTN dan ketika saya tanya kenapa tidak mendaftar , dia sudah mendaftar di Sekolah Tinggi Teknik Kedirgantaraan Yogyakarta melalui website di internet .Saya lihat websitenya , ternyata sekolah kedinasan dan menerapkan semi militer . Hal itu terlihat dari seragam pakaiannya dan tatatertib di asrama persis seperti pelatihan seorang tentara . Lalu saya bertanya apa sungguh-sungguh mau sekolah di situ , dia menjawab ya dengan seriusnya . Kalau sudah serius apa mau dikata .Saya sebagai orang tua hanya memberi dorongan tentang keputusan dirinya . Tetapi ketika saya lihat potongan tubuh anak saya tidak proporsional  , gara-gara nggangur satu tahun tidak sekolah berat tubuhnya 70 kg , apa nanti dia diterima lihat tubuhnya yang gendut itu .  Dia mau diet untuk menurunkan badan , memang dia melakukan diet dengan lari pagi-sore .Turun 2-3 kg selama hampir satu bulan , kemudian dipanggil untuk mengikuti test tertulis dan wawancara . Saya dan istri mengantar ke Yogyakarta , dia test tertulis satu hari kemudian test wawancara . Saat test wawancara , anak saya disuruh potong rambut pendek dan menurunkan berat badannya .

Setelah diterima ,mulailah anak saya berolah raga terus setiap hari sehingga tubuhnya susut menjadi 55 kg . Dengan makan diatur dan olah raga teratur badannya jadi ramping siap untuk mengikuti kuliah di Yogyakarta . Anak saya masuk kuliah jurusan teknik dirgantara yang menyelenggarakan pendidikan dengan konsentrasi keilmuan Aircraft Maintenance dan Desain Pesawat Tanpa Awak – Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Saya tidak tahu anak saya passion ke teknik dirgantara dan itu dia temukan di google . Dia memang sejak SMA ikut edufair , konsultasi dengan guru BK dan berbagai brosur dari berbagai perguruan tinggi dia simpan tetapi justru dia menemukan passionnya di internet . 

Saat pertama masuk ke Sekolah Tinggi Teknik Kedirgantaraan satu bulan ikut pelatihan semi militer yang dipandu oleh tentara di Kaliurang dan pantai Parang Tritis. Bergulat dengan panas dan dinginnya di lereng gunung Merapi   . Tubuhnya menjadi hitam karena terkena panas matahari , rambutnya yang dulu panjang sekarang pendek persis taruna TNI yang sedang latihan perang . Semua dilakukan karena  passionnya dia rela berkorban untuk suatu yang dicita-citakan .  Saya sebagai orang tua hanya TUT WURI HANDAYANI  , anak saya sudah memilih , dia juga yang akan menjalaninya bukan orang tuanya . Orang tua hanya mendoakan dan mempersiapkan dana untuk pendidikan anaknya . Sekarang sudah dua tahun kuliah , nilainya cukup baik IPnya 3,8 . Sekarang sedang pademi COVID 19 , dia tidak pulang , sudah betah di Jogya . Di Asrama dia satu kamar dengan temannya yang berasal dari Kalimantan dan Medan . Temannya hampir dari berbagai suku di Indonesia , dia juga aktif di komunitas mahasiswa berasal dari Jabotabek . Saat liburan , dia punya  komunitas dengan seniornya untuk mendesain pesawat terbang dan merakit kemudian menerbangkan di lapangan .

Edufair menjadi sarana untuk memilih mau sekolah di mana tetapi jangan sampai salah  pilih . Passion kamu dimana  ? Itu pertanyaan sekaligus refleksi diri sendiri , sebelum anda  memilih sesuai pilihan anda ! (abc)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Organisasi Bayangan versi Nadiem

                   Nadiem dengan belajar merdeka "Pendikan adalah paspor untuk masa depan karena hari esok adalah milik mereka yang mem...