Cari Blog Ini

Kamis, 24 September 2020

Gonjang-ganjing pelajaran sejarah

 

Foto : Bisnis. Com
Ujilah segala sesuatu  dan peganglah yang baik.( 1 Tesalonika 5 : 21 )

Akhir-akhir ini sedang dibicarakan di publik dan media sosial tentang isu pelajaran sejarah akan di hapus dalam kurikulum. Informasi ini muncul  setelah beredarnya draf sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional tanggal 25 Agustus 2020. Disebutkan di dalamnya salah satunya adalah rencana penghapusan mata pelajaran sejarah bagi siswa-siswi di SMK. Pada pelajar SMA, sejarah akan dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan, sehingga sejarah bukan lagi pelajaran wajib yang harus diambil oleh siswa-siswi.(Kompas , 21/09/2020 ) . Tetapi kemudian hal ini dibantah oleh Kepala Badan Penelitian dan Perbukuan Kemendikbud, Totok Suprayitno, membantah hal tersebut. Ia mengatakan, pelajaran sejarah akan tetap ada dalam kurikulum. " Sejarah merupakan komponen penting bagi Indonesia sebagai bangsa yang besar sehingga menjadi kurikulum pendidikan," kata Totok dalam keterangan resmi, Sabtu (19/9/2020).Pada Minggu (20/9/2020), Mendikbud Nadiem Makarim memberikan klarifikasi terhadap isu yang beredar tersebut.

"Di tahun 2021 kami akan melakukan berbagai macam prototyping di sekolah penggerak yang terpilih, dan bukan dalam skala nasional. Jadi sekali lagi, tidak ada kebijakan apa pun di tahun 2021 dalam skala kurikulum nasional, apalagi penghapusan pelajaran sejarah," ujar dia.(Kompas 21/9/2020).

Tahun 2019 yang lalu juga pernah dihebohkan isue  adanya penghapusan  pelajaran agama dari kurikulum nasional . Saat itu Mendikbud Muhadjir menyebut beredarnya kabar hoax penghapusan pelajaran agama di sekolah sudah beredar sejak 2017. Menurut Muhadjir, isu tersebut berawal dalam rapat bersama Komisi X DPR. Saat itu ia memaparkan terkait program penguatan pendidikan karakter atau TPPK yang ada di Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah.

"Dalam pelaksanaannya sekolah-sekolah dibolehkan atau dianjurkan menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan di luar sekolah, terutama dalam rangka penguatan karakter religius siswa. Jadi kerja sama itu tidak dimaksudkan untuk menghapus pelajaran agama di sekolah, justru untuk memperkuat keberadaan pelajaran agama di sekolah," ungkapnya.

Muhadjir kembali menegaskan tidak ada rencana Kemendikbud untuk menghapuskan pelajaran agama di sekolah. Ia meminta semua pihak untuk tidak menyebarluaskan lagi kabar hoaks yang sudah diklarifikasi sebelumnya.(Tempo , 2 Juli 2019 )

Wacana tentang penghapusan mata pelajaran diberbagai media tentu menimbulkan keresahan bagi para pihak terutama adalah guru sebagai garba terdepan dalam sistem pendidikan nasional . Guru yang secara langsung berhadapan dengan siswa setiap hari tentu menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk mendidik watak , nilai - nilai dan sikap sebagai generasi penerus bangsa . Seharusnya janganlah pendidikan menjadi alat poltik untuk mencari kekuasaan dan kepentingan sesaat . Pendidikan menjadi dasar sebuah kemajuan bagi suatu bangsa  . Apa kata Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan dalam memoarnya yang ditulis oleh Haidar Musya yaitu “ Aku yakin, jika anak-anak itu diberi pendidikan yang sesuai dengan karakter bangsanya sendiri, maka wawasan dan pengetahuan mereka akan semakin luas. Sehingga hal itu akan mendorong kesadaran anak-anak Inlander itu untuk mendapatkan kemerdekaan jiwa dan raganya. Pendidikan dalam pandanganku adalah ikhtiar untuk mengajak manusia menjadi pribadi yang mandiri. Tidak bergantung kepada orang lain, baik secara lahir maupun batin.” Ki Hajar Dewantara sebagai pahlawan pendidikan  mengingatkan kembali tentang karakter bangsa untuk menjadi bangsa yang mandiri tidak tergantung kepada orang lain . Pendidikan karakter dan watak terkristalisasi dalam nilai-nilai yang diajarkan dalam pendidikan sejarah dan agama . Sejarah bukan hanya mengajarkan tentang fakta dan data mengenai nama , tahun atau peristiwa masa lalu tetapi di balik itu ada makna dan nilai-nilai yang dapat kita pelajari sebagai dasar watak atau karakter suatu bangsa. Sejarah menurut saya bagaikan kaca spion motor atau mobil yang  berfungsi untuk melihat arah motor atau mobil dari belakang sehingga kita bisa melhat keadaan motor atau mobil di belakang kita . Dan kita tetap berjalan ke arah depan sambil melihat arah belakang kita. Demikian juga  dengan sejarah kita belajar dan memaknai peristiwa masa lalu sebagai pengalaman dan pijakan masa sekarang untuk menuju masa depan .  Agama bukan hanya dipelajari  pengetahuan tentang ayat-ayat kitab suci atau sejarah nabi-nabi tetapi terlebih dari itu memaknai setiap ajaran untuk  mempertebal iman kita. Pembiasaan disiplin , pengambilan keputusan dan kesepakatan bersama mengenai aturan di kelas antara guru dan siswa bisa menjadi implementasi terhadap  ajaran -ajaran agama yang dilakuan di sekolah , sehingga dapat menumbuhkan watak dan karakter bangsa . 

Tentu di masa datang tidak lagi terdengar berita heboh atau hoax tentang suatu kebijakan yang dapat meresahkan masyarakat sekaligus pembodohan bagi kita . (abc)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Organisasi Bayangan versi Nadiem

                   Nadiem dengan belajar merdeka "Pendikan adalah paspor untuk masa depan karena hari esok adalah milik mereka yang mem...