![]() |
(foto : Radar Madiun) |
“Menurut pendapatku, tugas seorang tenaga pengajar tidak hanya sebatas memberikan materi pelajaran di sekolah. Tapi mengabdikan seluruh waktu yang dimilikinya untuk mendidik dan mendampingi anak didiknya setiap saat, di mana pun, kapan pun, dalam kondisi apa pun.”
KI.Hadjar: Sebuah Memoar hal.338
Pernyataan di atas merupakan isi hati Ki Hajar Dewantara bahwa guru bukan hanya pengajar memberi materi tetapi secara total menyerahkan dirinya untuk mendampingi anak didiknya . Guru bukan ahli dalam mentransfer pengetahuan kepada anak didiknya tetapi memberikan perhatian , menjaga , melindungi , teman sharing , menghibur dan memberi kekuatan bagi anak didiknya . Tugas yang berat tetapi mulia bagi seorang guru , dan hal ini selalu diingat oleh muridnya .
Pademi Covid 19 sudah menyerang bangsa Indonesia hampir 6 bulan , semakin lama semakin banyak orang menjadi korban . Update Corona 23 September 2020: Positif 257.388 Orang, 187.958 Sembuh & 9.977 Meninggal (https://www.covid19.go.id dan laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui laman https://www.kemkes.go.id/.) . Tentu semakin lama akan semakin banyak korban lagi dan kita tidak tahu sampai kapan hal ini akan berakhir . Berdasarkan prediksi Bill Gates pendiri Microsoft pademi Covid 19 akan berakhir dua tahun ke depan tepatnya pada tahun 2022 ."Jika kita beruntung memiliki vaksin yang bagus dan dibuat dalam jumlah yang banyak, maka saya yakin orang yang terdampak virus akan segera pulih dengan cepat," ujar Gates.( Kompas , 23/9/2020 ). Tentu kalau vaksin ini sudah teruji dan dapat digunakan untuk menekan pademi Covid 19 maka tahun 2022 pademi Covid 19 akan berakhir tetapi kalau belum teruji vaksinnya maka bisa bertambah lama pademi Covid 19 dan semakin banyak korban. Hal ini akan berdampak terhadap perekonomian suatu negara dan krisis ekonomi menjadi ancaman bagi negara .
Bagaimana dengan kondisi pendidikan kita ? Mas Mentri memberikan solusi dengan menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus. Satuan pendidikan dalam kondisi khusus dapat menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. Pelaksanaan kurikulum pada kondisi khusus bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. Satuan pendidikan pada kondisi khusus dalam pelaksanaan pembelajaran dapat 1) tetap mengacu pada Kurikulum Nasional; 2) menggunakan kurikulum darurat; atau 3) melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri. Ketiga opsi ini bisa menjadi acuan bagi satuan pendidikan untuk menentukan kebijakan dalam pembelajaran pada masa pademi Covid 19 . Pembelajaran Jarak Jauh atau Home Learning atau pembelajaran dering menjadi salah satu alternatif untuk implementasi pelaksanaan pembelajaran tersebut. Pengertian distence learning atau PJJ menurut Simon Midglay adalah “cara belajar jarak jauh tanpa harus melakukan kontak langsung dengan guru di kelas.” PJJ menurut Wikipedia adalah “pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya.”
.Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020, proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.
Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19.
Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antar siswa. Sesuai minat dan kondisi masing-masing. Termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah Bukti atau produk Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru. Tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
Dengan ketentuan tersebut di atas dapat dimengerti bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilakukan bukan karena mau tapi karena terpaksa akibat adanya pademi Covid 19 Daripada tidak belajar sama sekali, maka mencoba berbagai macam cara. Walaupun tidak optimal tetapi PJJ adalah pilihan. Dan kita tidak tahu PJJ sampai kapan. Apabila di kemudian hari terjadi lagi maka kita dapat melakukan PJJ dengan berbagai cara melalui pengalaman saat ini.
Dampak PJJ ini sudah mulai dirasakan oleh anak didik kita , menurut Anissa Lestari Kadiyono, seorang dosen Fakultas Psikologi Unpad mengatakan kesehatan mental siswa terganggu . Kehilangan akses secara langsung terhadap orang-orang yang dipercaya seperti guru dan teman bisa berdampak buruk pada kesehatan mental . Gangguan semacam ini juga bisa berpengaruh pada perkembangan otak seperti meningkatkan stres, tidak ada kestabilan emosi dan dalam jangka panjang akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Dampak yang lain perasaan cemas dan khawatir . Berdasarkan hasil penelitiannya yang melibatkan 867 orang tua, siswa dan guru di Kota Bandung, sebanyak 19,6% responden mengaku cemas dan khawatir, 12,5% merasa bosan, 9% merasa kehilangan kemampuan belajar dan menguasai materi, 8,3% merasa butuh hiburan jika PJJ diperpanjang.Kurangnya interaksi dan sulitnya penyesuaian pembelajaran jadi penyebab munculnya perasaan negatif pada siswa. Jika hal ini tak segera diatasi maka akan berdampak buruk pada perkembangan belajar anak. Dampak selanjutkanya dikatakan adanya keterlambatan belajar . PJJ menyebabkan anak terlambat dalam belajar , materi pembelajaran yang diberikan guru kadang-kadang masih sanggat sulit di terima oleh murid . Dalam kondisi normal bertatap muka di kelas murid juga masih merasa kesulitan untuk menerima materi pembelajaran yang diberikan oleh guru apalagi adanya keterbatasan PJJ semakin sulit murid untuk menerima materi pembelajaran . Kondisi seperti ini menjadikan murid merasa kesulitan untuk memulihkan kebiasaan hingga mengembalikan pengalaman pembelajaran yang telah hilang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Boots, J berjudul How COVID-19 Regular School Closures Could Impact DC Student Proficiency in 2020-21, menyebut bahwa butuh bertahun-tahun bagi siswa untuk memulihkan kebiasaan hingga mengembalikan pengalaman pembelajaran yang telah hilang. Ketiga dampak yang dirasakan oleh anak didik ini perlu ada solusi untuk mengatasinya . Pengawasan dan perhatian orang tua diperlukan untuk mendampingi anak belajar selama proses PJJ berlangsung. Meskipun orang tua tidak bisa sepenuhnya berada 24 jam bersama anak ketika PJJ, setidaknya orang tua bisa menanyakan kesulitan yang apa yang anak hadapi dan berusaha menyelesaikannya berdua. Guru dan wali murid di sekolah memberikan pendampingan kepada muridnya , bukan sekedar memberi pengetahuan dan tugas kepada muridnya terlebih memberi semangat , motivasi dan hiburan bagi murid-muridnya . Akhir-akhir ini saya sebagai guru merasakan apa yang dirasakan oleh murid-murid kita . Bosan , banyak tugas dan hidup terkekang di kamar berdampak terhadap kondisi fisik mereka . Itu terlihat dari wajah mereka yang murung , tidak ada semangat dan lelah . Kondisi psikis perlu ada penanganan , mungkin dibentuk center untuk menanggani kondisi psikis dari murid perlu dipikirkan . Tempat bagi guru-guru BK yang berkompeten dalam penanganan remaja menjadi hal yang mutlak untuk dihadirkan untuk mengatasi murid yang semakin lama perlu ada penanganan yang serius . Sekolah adalah institusi untuk mendidik manusia yang unik yang perlu penanganan secara unik pula . Bukan mendidik robot yang diisi A maka akan keluar A tetapi manusia yang mempunyai karakter , pribadi dan sikap yang unik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Ini perlu menjadi renungan bersama untuk membantu murid kita dalam PJJ . (abc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar