![]() |
( Foto : Portal .News ) |
Pendidikan bukan persiapan untuk hidup tapi pendidikan adalah hidup itu sendiri.
( John Dewey Filsuf dari Amerika Serikat 1859-1952 )
Ujian Nasional 2021 akan dihapus diganti dengan Asesmen Nasional , menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan Asesmen Nasional tidak hanya dirancang sebagai pengganti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional, tetapi juga sebagai penanda perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan. Menurut dia, dengan hal ini, tidak lagi mengevaluasi capaian peserta didik secara individu, akan tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil.( liputan 6.com 9/10/2020). Pernyataan ini menegaskan tentang adanya perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan . Selama ini dikenal adanya Ujian Nasional dan Ujian Sekolah untuk menentukan kelulusan siswa , namun sekarang diganti dengan Asesmen Nasional . Menjelang awal Ujian Nasional dan Ujian Sekolah biasanya semester akhir di kelas XII SMA berubah menjadi kelas bimbingan belajar untuk mempersiapkan ujian negara dan ujian nasional . Di kelas disiapkan jadwal khusus untuk mempersiapkan mata pelajaran yang diujikan . Guru-guru mempersipakan soal-soal untuk prediksi ujian nasional dan ujian sekolah . Namun di balik itu ada juga siswa-siswa yang cari bocoran soal di guru lesnya atau bimbingan belajarnya . Seringkali terjadi bocoran soal walaupun sudah dilakukan secara komputerisasi tetapi tetap saja kecolongan soal . Diharapkan dengan perubahan paradigma tentang evaluasi ini yaitu adanya asesmen nasional dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia .
Berdasarkan Programme for International Student Assessment (PISA) sebagai metode penilaian internasional merupakan indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat global. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mencatat, peringkat nilai PISA Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 adalah: Membaca (peringkat 72 dari 77 negara), Matematika (Peringkat 72 dari 78 negara), dan Sains (peringkat 70 dari 78 negara). Nilai PISA Indonesia juga cenderung stagnan dalam 10-15 tahun terakhir.( http://pgdikmen.kemdikbud.go.id ) . Dengan data ini memperlihatkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia mengalami kemunduran dibandingkan dengan negara lain . Riset terbaru dari Professor Lant Pritchett dari Harvard University dia meneliti anak-anak khusus di Jakarta usia 15 tahun dan ternyata anak-anak ini ketinggalan 128 tahun. (Kompasiana.com 17/3/2020). Kita ketinggalan di bidang Mathematic, Science, and reading. Kualitas guru sangat kurang karena hasil rata-rata UKG nasional 53,2 dari 100. Kita harus mengejar negara yang 128 tahun di depan kita. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan penggantian Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi Minimum, yang nantinya akan berfokus pada literasi, numerasi dan pendidikan karakter.
Menurut Nadiem , Asesmen Nasional terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dirancang untuk mengukur capaian peserta didik atau siswa dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan numerasi. Kedua aspek kompetensi minimum ini, menjadi syarat bagi peserta didik untuk berkontribusi di dalam masyarakat, terlepas dari bidang kerja dan karier yang ingin mereka tekuni di masa depan. "Fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti penting mata pelajaran. Karena justru membantu murid mempelajari bidang ilmu lain terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bentuk angka atau secara kuantitatif," jelas Nadiem. 2. Survei Karakter dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila. "Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif,” kata Mendikbud. 3. Survei Lingkungan Belajar Survei lingkungan belajar untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah. Dijelaskan, Asesmen Nasional pada 2021 dilakukan sebagai pemetaan dasar dari kualitas pendidikan yang nyata di lapangan, sehingga tidak ada konsekuensi bagi sekolah dan murid. "Hasil Asesmen Nasional tidak ada konsekuensinya buat sekolah, hanya pemetaan agar tahu kondisi sebenarnya," imbuh Nadiem Makarim. ( kompas.com 8/10/2020 ).
Bagaimana sekolah mempersiapkan hal ini ?
Kemendikbud akan membantu sekolah dan dinas pendidikan dengan cara menyediakan laporan hasil asesmen yang menjelaskan profil kekuatan dan area perbaikan tiap sekolah dan daerah. Tak perlu persiapan khusus . Dikatakan Nadiem, Asesmen Nasional untuk tahun 2021 tidak memerlukan persiapan-persiapan khusus atau tambahan. Ini penting dipahami oleh guru, kepala sekolah, murid, dan orang tua. "Tidak usah cemas, tidak perlu bimbel khusus demi Asesmen Nasional," tegas Mendikbud. ( kompas.com 8/10/2020 ). Dengan penjelasan mas Menteri ini sekolah optimis untuk melakukan kebijakan yang akan dilaksanakan tahun 2021 sehingga diharapkan Asesmen Nasional ini menjadi salah satu alternatif transformasi pendidikan di tingkat sekolah. Tentu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pengajaran, dan lingkungan belajar di satuan pendidikan. Melalui asesmen yang lebih berfokus, diharapkan perbaikan kualitas dan layanan pendidikan bisa semakin efektif.
Berdasarkan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 58 ayat 2 dinyatakan “Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.” Berdasarkan peraturan ini , sekolah diberi otoritas untuk melakukan evaluasi terhadap peserta didik sesuai dengan pencapaian standar nasional pendidikan yang ditentukan oleh pemerintah . Jadi pemerintah memberi kelonggaran bagi sekolah untuk mengevaluasi kepada peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh sekolah .
Sebagai guru jelas saya mendukung kebijakan Kemendikbud ini karena untuk meningkatkan kualitas pendidikan . Ketiga kompetensi yang meliputi literasi , numerasi dan karakter menjadi dasar seorang siswa mencapai kedewasaannya . Setelah lulus SMA kemudian kuliah dan bekerja di dalam masyarakat ketiga kompetensi ini menjadi penting untuk kehidupan mereka. Saya hampir 26 tahun menjadi guru dan selalu memperhatikan murid-murid saya yang tekun mengembangkan kompetensi literasi , numerik dan diimbangi oleh karakter telah menjadi orang yang sukses dalam bidangnya . Kita ketinggalan 128 tahun , mari kita kejar kualitas pendidikan kita dengan mengabdi bagi bangsa dan negara. (abc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar