Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. [Pramoedya Ananta Toer]
Perpustakaan sumber belajar ilmu pengetahuan |
Perpustakaan bagaikan jantungnya sekolah, ibarat tubuh kalau jantungnya lemah maka seluruh komponen tubuh akan mengalami kelemahan juga. Badan lemas tanpa tenaga , aliran darah tersumbat dan detak jantung lemah berpengaruh terhadap metabolisme tubuh. Demikian juga dengan perpustakaan , andaikata sekolah tidak ada perpustakaan maka ibarat tubuh tanpa jantung , mati dan tak berdaya . Begitu pentingnya perpustakaan sehingga perlu diberdayakan untuk meningkatkan kualitas sekolah .
Guru "tut wuri handayani" |
Patut disyukuri di sekolah ada perpustakaan yang baik untuk sumber belajar bagi warga sekolah dengan stakeholdernya. Ruang 10x20 meter di lantai 3 cukup luas , ribuan buku , koran dan majalah bulanan terpampang di ruang perpustakaan. Meja dan kursi tertata rapi dengan hiasan gambar di dinding tembok perpustakaan. Beberapa komputer tersedia bisa digunakan sebagai literasi digital . Lebih dari cukup perpustakaan bahkan fasilitas melebihi sebagai perpustakaan yang diandalkan . Bu Triana sebagai pustakawati siap untuk melayani siapa saja yang datang ke perpustakaan . Dengan wajah yang ramah sebagai orang Jawa selalu menyapa dengan senyumnya tetapi dengan suara keras dan tegas akan menyemprot siswa yang ngobrol di ruang perpustakaan . Memang perlu disiplin karena suara sangat mengganggu orang yang sedang membaca dan perpustakaan bukan pasar atau mall.
Minat baca perlu jadi budaya |
Perpustakaan menjadi tempat untuk mengasah akal pikiran karena kita bisa mencari ilmu pengetahuan di setiap buku . Buku adalah jendela pengetahuan , di balik buku ada informasi untuk diamati , dianalisa dan dievaluasi sehingga menjadi referensi sebuah karya . Buku menjadi gudang inspirasi untuk membuahkan ide sehingga tertulis dalam literalisasi .
Pagi hari kalau tidak sedang mengajar , saya mampir ke perpustakaan . Disambut dengan senyum Bu Triana sudah menyiapkan koran Kompas pagi atau majalah Tempo . Ngobrol sebentar lalu saya mulai membaca koran Kompas , setelah itu membaca majalah Tempo . Kalau ada berita penting saya catat untuk referensi materi pembelajaran . Data dan fakta menjadi penting bagi guru karena menjadi referensi untuk pendalaman dan pengayaan materi pembelajaran . Dengan data yang valid tentu akan memudahkan untuk argumentasi . Dua jam pelajaran saya membaca berita koran dan majalah . Cukup sudah hari ini dan akan dilanjutkan hari esok dengan membaca koran , majalah dan buku.
Perlu aksi bagi semua |
Kebiasaan membaca yang terus-menerus lama - kelamaan menjadi budaya literasi . Namun literasi masyarakat di Indonesia masih rendah . Mengacu pada hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tingkat literasi masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil survei tahun 2019 minat baca masyarakat Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara, atau berada 10 negara terbawah. Sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca. Hasil riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
Kita bersyukur Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mencatat indeks kegemaran membaca Indonesia pada 2020 sebesar 55,74 atau masuk kategori sedang. Skor tersebut naik 1,9 poin dari 2019 yang sebesar 53,84. Pada 2020, rata-rata kegiatan membaca masyarakat Indonesia empat kali dalam sepekan. Durasi membaca rata-rata sekitar 1 jam 36 menit per hari. Adapun, jumlah buku yang dibaca rata-rata dua buku per tiga bulan. Perpusnas melakukan survei tentang indeks kajian membaca pada Maret-November 2020.
Survei melibatkan 10.200 responden di 34 provinsi yang bertujuan mengukur frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah buku yang dibaca. Dengan data tersebut di atas perlu ada upaya pemberdayaan terhadap literasi di sekolah .
Meningkatkan minat baca |
Guru - guru sudah mulai melakukan , ada beberapa teman guru memberi tugas untuk mencari data atau kasus di koran atau majalah kemudian dianalisis dan hasilnya dilaporkan . Atau membuat resensi buku biografi dan buku-buka lainnya . Siswa diberi motivasi untuk membaca dan memberi kesimpulan setelah membaca buku. Terasa sulit untuk memulai tetapi melalui proses ada hasilnya . Lama kelamaan menjadi biasa dan terbiasa untuk membaca , setelah membaca ditingkatkan kemampuan menulis . Karena membaca banyak informasi dan data tersimpan dalam pikiran . Kemudian diolah menjadi kata-kata dan tersimpul menjadi kalimat . Ide tersalur dalam kalimat untuk dibaca dan menjadi inspirasi bagi pembaca. Tentu butuh proses dan belajar untuk menghasilkan keberhasilan .
Untuk memacu dan hasrat minat baca perlu ada reward atau hadiah setiap akhir tahun bagi siswa yang rajin membaca. Atau memberi predikat terhadap siswa sebagai siswa minat pembaca terbaik . Guru mempunyai peran yang penting , guru harus digugu lan ditiru . Guru bukan hanya sekedar memberi tugas dan memberikan penilaian kognitif . Tetapi langsung terjun dengan memberikan teladan bagi siswa. Kalau siswa disuruh membaca seharusnya guru juga membaca . Sekarang berapa banyak guru membaca tiap hari , saya sebagai guru hanya melihat guru membaca hanya sebatas bidang mata pelajaran yang dikuasai . Padahal kalau kita lihat seorang guru perlu wawasan yang luas sebagai sumber belajar bagi siswa. Beberapa tahun yang lalu ketika Bu Juni menjadi kepala sekolah ada program kewajiban guru untuk membaca satu buku dalam satu semester dan membuat resensi buku yang dibacanya , tetapi program itu tidak jalan . Hanya beberapa guru yang membuatnya .
Literasi digital |
Bersyukur di musim pademi covid 19 , literasi digital sudah mulai dikembangkan , Pak Tommy sebagai kepala sekolah sudah mengembangkan e- magazine sebagai sarana guru untuk mengembangkan literasi guru . Siswa sudah mengembangkan kepo e-magazine sudah tiga kali penerbitan sebagai wadah aspirasi dan inspirasi literasi siswa. Wadah dan sarana sudah tersedia , tinggal kita memanfaatkan dan mengisi dengan berbagai karya baik guru maupun siswa. Tidak ada kata terlambat , tidak ada kata tidak mampu dan tidak ada kata tidak berhasil .Di coba , terus dicoba akhirnya membuahkan hasil …(ABC)