Cari Blog Ini

Rabu, 31 Maret 2021

Kamis Putih...

 

Foto : SIGNO TEMPORUM Wordpress.com

13: 1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah  mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba  untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.  Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 13:2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisik kan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.  13:3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya   dan bahwa Ia datang dari Allah   dan kembali kepada Allah. 13:4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,  13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya  lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. 13:6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" 13:7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.  " 13:8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau  , engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." 13:9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" 13:10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih,  hanya tidak semua.  " 13:11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih." 13:12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13:13 Kamu menyebut Aku Guru  dan Tuhan,   dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu  ;   13:15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.   13:16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya,   ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. 13:17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.   13:18 Bukan tentang kamu semua   Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih.  Tetapi haruslah genap nas ini:  Orang yang makan roti-Ku,  telah mengangkat tumitnya  terhadap Aku.  13:19 Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya,   bahwa Akulah Dia.  13:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku. ( Yohanes 13 : 1 - 20 )


Kamis Putih adalah hari Kamis sebelum Paskah, pada Hari Raya Pekan Suci ini umat Kristen mempunyai tradisi memperingati Perjamuan Malam terakhir yang dipimpin oleh Yesus. Saat itu Yesus membasuh kaki muridNya sebelum mengalami penderitaan disalib untuk menebus dosa manusia . Dalam Injil Yohanes diceritakan tentang peristiwa pembasuhan tersebut dan tidak terdapat dalam Injil sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas) lainnya. Pembasuhan  kaki adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh orang Yahudi pada zaman Yesus. Kaki adalah bagian yang kotor dalam tubuh manusia. Kaki manusia menginjak debu tanah. Pembasuhan merupakan sebuah bentuk dari simbolisasi tata gerak. Proses pembasuhan kaki itu biasanya dilakukan oleh bawahan terhadap atasan. Dalam dunia Yunani, pembasuhan kaki adalah hal yang hina, yang biasa dilakukan oleh budak.

Namun apa yang dilakukan oleh Yesus saat itu . Yesus adalah Guru yang mau melakukan pembasuhan kaki kepada kedua belas muridNya . Sebuah ritual yang yang seharusnya tidak layak dilakukan oleh seorang Guru . Tata gerak membasuh kaki ini menyimbolkan suatu teladan untuk merendahkan diri dan melayani.

Tindakan Yesus membasuh kaki merupakan tindakan simbolis yang menyimbolkan penyerahan diri, pembersihan, pengampunan, pembaharuan, kemuridan dan ibadah. Penyerahan diri yang dimaksudkan adalah penyerahan diri Yesus dalam kematian untuk "menebus dosa / membersihkan" orang lain. Pembasuhan kaki yang Yesus lakukan juga menyimbolkan kerendahan hati dan keinginan untuk menjadi "hamba" yang mau melayani orang yang hina sekalipun.

Seorang pemimpin haruslah melayani bagi sesama ,bukan jabatan , kekuasaan dan kekayaan tetapi merendahkan diri untuk menjadi pelayan seperti Yesus mau menjadi hamba  untuk melayani sesama . Sangat sulit untuk dilakukan pada masa sekarang , bagaimana sekarang banyak orang dengan segala macam cara untuk mencari kekuasaan , jabatan dan popularitas . Ada ketamakan dalam dirinya setelah menguasai , ingin menguasai lebih jauh lagi sebelum semuanya dikuasai. Menjadi hamba dengan merendahkan diri adalah suatu kesadaran bahwa kita pelayan untuk melayani bagi sesama . 

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari Kamis Putih ini. Kita bisa belajar tentang pelayanan, kerendahan hati, kebersamaan, dan kesederhanaan. Selain itu, kita bisa mempelajari bahwa Yesus dalam bentuk manusia bisa sedih. Dalam Kamis Putih, kita juga tahu bahwa Yudas Iskariot mengkhianati Yesus. Peristiwa-peristiwa yang terjadi selama makna Kamis Putih, antara lain adalah: Perjamuan Kudus , Peristiwa Pembasuhan ,Yesus berdoa di Taman Getsemani kepada Bapa , Yudas Iskariot mengkhianati Yesus , Petrus memotong kuping seorang prajurit dan Yesus menyembuhkan kupingnya.  Kamis Putih merupakan peristiwa  menjelang kesengsaraan Yesus sebelum disalibkan untuk menebus dosa manusia . Mari kita peringati peristiwa ini dengan kesadaran untuk mengenang kesengsaraan Tuhan Yesus….(abc)



Minggu, 28 Maret 2021

Kembali ke PMP ...

Foto: siedoo.com

  
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) didengungkan lagi untuk menjadi mata pelajaran mengantikan PPKn yang sekarang masih menjadi mata pelajaran di kurikulum tingkat SD s/d SLTA . Pengantian ini tentu dilatarbelakangi oleh ancaman ideologi yang sekarang mulai dirasakan dikalangan masyarakat. Fenomena ancaman ideologi terlihat begitu maraknya kasus intoleransi dan paham radikalisme di masyarakat  bahkan menjalar ke tingkat pendidikan . Hasil kajian Bambang Pranowo yang juga seorang antropolog pada tahun 2011, menyebutkan 50 persen mahasiswa terpapar paham radikalisme dan intoleransi. Selain itu, terdapat 84 persen pelajar dan 21 persen guru setuju jika Pancasila sudah tidak relevan lagi dan setuju dengan penegakkan syariat Islam di Indonesia. Berdasarkan hasil temuan Komnas HAM tahun 2012-2018 kecenderungan sikap intoleransi ini sudah di atas 50 persen, dari yang tadinya baru 20-an persen. Ada kondisi yang meningkat terus sejak 2012 hingga 2018. Kecenderungan ini tentu perlu ada pengawasan dan penindakan dari instansi yang terkait . Tetapi yang lebih penting bagaimana pendidikan karakter bisa menjawab ancaman ini? Pendidikan  karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.  Dengan demikian diharapkan PMP menjadi pendidikan karakter untuk menjawab ancaman tersebut .
        Pertama kali PMP di sekolah diatur dalam Kurikulum 1975 yang merupakan amanat Ketetapan MPR No. IV tahun 1973 (tentang GBHN) .  Sesuai dengan ketetapan tersebut, pemerintah menetapkan bahwa setiap warga negara wajib menyimak materi pendidikan moral yang bernama Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).Di sekolah, PMP diatur dalam Kurikulum 1975. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia memastikan setiap sekolah mendapatkan materi PMP sebagai pengganti pelajaran Civics. Sebagaimana P4, PMP memiliki dasar konstitusional karena berlandaskan pada TAP MPR 1973 yang kemudian disempurnakan pada tahun 1978 dan 1983.  Dalam TAP MPR 1983 dengan jelas tertulis “Untuk mencapai cita-cita [pembangunan jangka panjang], maka kurikulum di semua tingkat pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta harus berisikan Pendidikan Moral Pancasila,”  
        Dengan demikian PMP menjadi mata pelajaran yang bertujuan menanamkan doktrin ideologi Pancasila secara sistematis pada masa Orde Baru.  Menurut Doni Koesoema dalam Pendidikan Karakter (2007: hlm 50), langkah ini sangat tepat karena berhasil menyatukan watak bangsa Indonesia di bawah pemerintahan tunggal.

Kritikan terhadap PMP
          Implementasi pelajaran PMP juga menuai kritik. Darmaningtyas dalam Pendidikan yang Memiskinkan (2004: hlm. 10) menyebut bahwa pergantian pelajaran Civics ke PMP memiliki implikasi politik yang cukup besar. Pelajaran Civics pada praktiknya dianggap tidak berkontribusi kepada penguasa sehingga patut diganti.
Sebaliknya, mata pelajaran PMP justru dinilai dapat membendung sikap kritis siswa sekolah. Melalui cara ini, para siswa didoktrin sejak dini kepada ideologi yang sesuai kehendak rezim. Sepanjang pelaksanaannya, kurikulum Orde Baru yang sentralistik menghasilkan model pengajaran PMP yang hanya berputar pada sistem hapalan butir-butir Pancasila tanpa disertai pemahaman yang dalam.
          Lebih jauh Darmaningtyas menyatakan bahwa “Mata pelajaran PMP tekanannya hanya menjadi orang yang taat dan patuh pada ideologi negara saja, tapi tidak pernah diperkenalkan dengan hak-haknya. Maka wajar bila kemudian produk pendidikan yang lahir dari mata pelajaran PMP ini adalah orang-orang yang taat, takut, dan sekaligus pengecut, tidak kritis, serta tidak memiliki prinsip sendiri.”
    Perubahan Kurikulum 1975 menjadi Kurikulum 1984 secara tidak langsung juga menimbulkan masalah bagi pelaksanaan kegiatan pengajaran PMP. Kekacauan ini timbul karena upaya Nugroho Notosusanto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1983-1985), yang bersikeras memasukkan pelajaran Pendidikan Sejarah dan Perjuangan Bangsa (PSPB) ke dalam Kurikulum 1984.
      Materi baru ala Nugroho ini menimbulkan kontroversi karena dinilai tumpang tindih dengan pelajaran Sejarah Nasional dan PMP. Setelah Nugroho wafat pada tahun 1985, kekacauan dalam mata pelajaran PMP baru diakui oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru.
“Terus terang saya katakan, saat ini terjadi tumpang tindih antara P4, PSPB, PMP, dan Sejarah Nasional. Tumpang tindih tersebut akan mengakibatkan hilangnya waktu yang bisa dipakai untuk keperluan lain, atau mendesak mata pelajaran lain,” kata Fuad seperti dikutip Kompas (11/9/1985).
     Beban yang ditanggung para murid sebagai dampak politik pendidikan kian bertambah. Mereka tak hanya wajib mempelajari PMP, tapi juga harus mengikuti penataran P4 yang ditetapkan sebagai kegiatan wajib oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 1982. Dalam Penjelasan Ringkas tentang Pendidikan Moral Pancasila (1982), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa “Hakikat PMP tiada lain adalah pelaksanaan P4 melalui jalur pendidikan formal. Di samping pelaksanaan PMP di sekolah-sekolah, di dalam masyarakat umum giat diadakan usaha pemasyarakatan P4 lewat berbagai penataran.”

PMP yang mana ?
           PMP kembali menjadi pembicaraan hangat di kalangan pendidik sejak tahun lalu. Pada November 2018 seperti dilansir CNN Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewacanakan untuk kembali menghidupkan pelajaran PMP di sekolah.
Supriano selaku Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan menegaskan, rencana tersebut disusun sebagai respons terhadap kemunculan paham radikalisme dan paham-paham lain yang bertentangan dengan Pancasila.
        Pada Oktober 2019, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan tentang akan diterapkannya kembali pelajaran PMP. Menurutnya, rencana ini akan direalisasikan pada tahun 2020 dengan mengadopsi konsep pembelajaran yang baru. Baru- baru ini juga Bambang Soesatyo ( Bamsoet ) ketua MPR RI mengatakan bahwa pelajaran PMP perlu dijadikan pelajaran wajib mulai dari tingkat taman kanak-kanak , SD , SMP, SMA sampai dengan Perguruan Tinggi .
Tidak sedikit yang mendebat keputusan pemerintah yang memisahkan materi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan Pendidikan Pancasila. Pasalnya, Pendidikan Pancasila sangat rawan dijadikan “alat untuk melanggengkan kekuasaan melalui cara-cara indoktrinasi nilai-nilai Pancasila dan manipulasi terhadap makna demokrasi yang sebenarnya.”
Pernyataan yang dikemukakan oleh Ahmad Ubaedillah, pakar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila, Demokrasi dan Pencegahan Korupsi (2006: hlm. 7) itu secara khusus menjadikan Orde Baru sebagai contoh kasus. Lebih jauh, Ubaedillah mengkritisi jalannya pendidikan Pancasila di bawah rezim Soeharto yang tidak lebih dari sekadar instrumen pelanggengan kekuasaan.
     Kegagalan PMP hasil peninggalan Orde Baru menjadi pembelajaran bagi kita jangan sampai menjadi alat politik untuk melanggengkan kekuasaan dengan cara indokrinasi dan manipulasi terhadap makna demokrasi .  Kita perlu mendidik anak bangsa dengan mencari kebenaran hakiki untuk menyosong masa depan yang lebih baik. 

Bagaimana dengan PMP sekarang ?
Belajar dari kegagalan PMP pada jaman Orde Baru menjadi pelajaran berharga bagi kita .Tentu PMP bukan menjadi alat indoktrinasi untuk melegangkan kekuasaan melainkan menjadi pendidikan karakter (character education) bagi generasi muda. Generasi milinial sekarang tidak perlu lagi diindokrinasi secara paksa untuk menghafal nilai-nilai Pancasila tetapi di beri pemahaman secara rasional tentang nilai-nilai Pancasila sehingga nilai-nilai itu mengkristal dalam diri generasi muda dan sampai akhirnya menjadi pedoman untuk melaksanakan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat . Tentu ini semua membutuhkan keteladanan dari semua pihak , mulai dari pejabat negara, lembaga negara , pemuka agama , guru sampai dengan keluarga di rumah sehingga bukan hanya perkataan saja di mulut tetapi benar-benar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari .Untuk itu generasi muda akan melihat tentang kelakuan orang tua yang menjadi teladan bagi generasi mudanya.Semoga ! (abc)



Sabtu, 27 Maret 2021

Minggu Palma

Foto : www.SantoAlbertus.com


12:12 Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, 12:13 mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,   Raja Israel !  " 12:14 Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis: 12:15 "Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai.  " 12:16 Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu,  tetapi sesudah Yesus dimuliakan,   teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia. 12:17 Orang banyak yang bersama-sama dengan Dia  ketika Ia memanggil Lazarus keluar dari kubur dan membangkitkannya dari antara orang mati, memberi kesaksian tentang Dia. 12:18 Sebab itu orang banyak itu pergi menyongsong Dia, karena mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat mujizat itu.  12:19 Maka kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain: "Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia. ( Yohanes 12:12-19 )


Minggu Palma adalah hari peringatan dalam liturgi gereja Kristen yang selalu jatuh pada hari Minggu sebelum Paskah. Perayaan ini merujuk kepada peristiwa yang dicatat pada empat Injil, yaitu Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44 dan Yohanes 12:12-19. Dalam perayaan ini dikenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem sebelum Ia disalibkan. Masuknya Yesus Kristus ke kota suci Yerusalem adalah hal yang istimewa, sebab terjadinya sebelum Yesus mati dan bangkit dari kematian. Itulah sebabnya Minggu Palma disebut pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem.

Daun palem adalah simbol dari kemenangan. Dalam Injil, kata "daun-daun palem" hanya dikatakan dalam Injil Yohanes (12:13). Injil-injil lain sama sekali tidak menyebut "daun-daun palem". Injil Matius menyebut "ranting-ranting dari pohon-pohon" (Mat 21:8), Injil Markus menyebut "ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang" (Mrk 11:8), dan Injil Lukas sama sekali tidak menyebut ranting. Tetapi ketiga Injil tersebut menyebutkan tentang "menghamparkan pakaian". 

Dari Injil Yohanes inilah lahir nama Minggu Palma. Nama Minggu Palma digunakan karena menunjukkan makna peristiwa yang terjadi pada saat Yesus dielu-elukan di Yerusalem. Dalam tradisi Yahudi, daun-daun palem merupakan lambang kemenangan (Why 7:9; bdk Im 23:40). Menghamparkan daun palem (dan ranting serta pakaian) di jalan Yesus melambangkan harapan masyarakat Israel waktu itu bahwa Yesus akan menjadi Mesias bangsa Israel yang membawa kemenangan dan pembebasan. Pandangan atas Yesus ini sesuai dengan Za 9:9, yang menafsirkan kedatangan Mesias sebagai Raja dengan menunggang keledai dan membawa damai dan kemenangan. 

Tanda profetis Yesus sebagai Mesias ini ditunjukkan oleh penggunaan daun palem dan fakta bahwa Yesus, setelah tiba di Yerusalem, langsung mengunjungi Bait Allah. Palem dan kunjungan Bait Allah digambarkan juga dalam 1 Mak 13:51. Karena itulah, orang banyak melontarkan seruan mesianis kepada Yesus : "Diberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" (Mat 21:9; bdk Mzm 118:26). Perlu diketahui juga bahwa harapan banyak orang Yahudi tersebut lebih bersifat politis dan militer. Jadi, peristiwa Minggu Palma ini menunjukkan harapan banyak orang di Yerusalem bahwa Yesus akan memimpin kebangkitan bangsa dan membawa kepada pembebasan politis dan militer. Mereka mengelu-elukan dan mencintai Yesus karena apa yang mereka harapkan dari Yesus, bukan karena menerima Yesus apa adanya dan mendengarkan serta menerima ajaran-Nya. Mereka tidak mengerti misi Yesus dan memaksakan pengertian dan harapan mereka sendiri kepada Yesus. Oleh karena itu sebenarnya Yesus sudah menyampaikan pesan-Nya kepada orang banyak di Yerusalem itu, yaitu dengan menunggang keledai (Za 9:9). Dalam tradisi Timur, keledai dipandang sebagai binatang damai, yang dilawankan dengan kuda sebagai binatang perang. Maka dikatakan bahwa raja yang datang dengan menunggang kuda ketika dia berangkat ke medan perang. Sedangkan raja menunggang keledai ketika ia ingin menunjukkan bahwa ia datang membawa damai. Jadi, kedatangan Yesus yang menunggang keledai jelas-jelas menunjukkan pesan perdamaian. Ajaran perdamaian ini sangat kuat dalam seluruh ajaran Yesus. Namun ajaran Yesus ini jelas tidak ditangkap oleh orang banyak di Yerusalem. 

 Peristiwa MInggu Palma  gereja tidak hanya mengenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem melainkan juga mengenang akan kesengsaraan Yesus. Oleh karena itu, Minggu Palma juga disebut sebagai Minggu Sengsara. Dalam tradisi peribadatan gereja, setelah umat melakukan prosesi daun palem (melambai-lambaikan daun palem), umat akan mendengarkan pembacaan kisah-kisah sengsara Yesus yang diambil dari Injil. Memang kisah-kisah ini akan dibacakan ulang dalam liturgi Jumat Agung tetapi pemaknaannya berbeda. Pembacaan kisah sengsara Yesus dalam liturgi Minggu Palma dimaksudkan agar umat mengerti bahwa kemuliaan Yesus bukan hanya terletak pada kejayaan-Nya memasuki Yerusalem melainkan pada peristiwa kematian-Nya di kayu salib. Selamat mengikuti ibadah Minggu Palma .(abc)



Minggu, 21 Maret 2021

Youtuber...

 


Belajar sebanyak mungkin saat Anda masih muda, karena hidup menjadi terlalu sibuk nanti."

-Dana Stewart Scott-


Generasi now menjadi generasi Youtuber . Perubahan besar akibat teknologi informasi dan komunikasi berubah seketika . Dunia televisi sekarang sudah mulai ditinggalkan dan mulai ke dunia virtual salah satunya adalah Youtube . Pengguna Youtube adalah Youtuber  . Tak dapat dipungkiri, YouTube merupakan salah satu media alternatif untuk memanjakan mata dan telinga kita dengan berbagai videonya. Berbeda dengan televisi yang kanalnya terbatas, YouTube menyediakan aneka ragam video yang bisa kita pilih sendiri, mengingat model user-generated content yang membuat setiap orang dapat mengunggah video kreasi mereka.

    Ditonton lebih dari satu milyar pengunjung setiap bulannya, setiap menit ada sekitar seratus video diunggah oleh YouTuber. Banyak Youtuber giat mengunggah video ke YouTube dengan berbagai alasan, namun secara umum mereka berbagi konten yang mereka suka. Mulai dari video klip, komedi, film pendek, dokumenter, walkthrough game, dan masih banyak lagi.

Para celebriti , tokoh politik  , tokoh agama bahkan presiden menggunakan Youtube untuk media informasi dan komunikasi dengan beragam content sesuai dengan kreativitas masing-masing . Dari beribu-ribu channel  yang ada di YouTube salah satu adalah buatan alumni dengan nama Youtube Kelana Kemari. Menurut Helmy di video pertama dengan judul Berkelana ke museum sejarah Jakarta kota tua menyatakan bahwa Kelana Kemari sebagai channel berkelana kesana-kemari untuk mencari tempat yang seru .Apa itu tempat seru , menurut channel Kelana Kemari ada tiga katagori tempat seru yaitu : pertama tempat yang exis / tempat hits yaitu restoran , tempat bermain , theme park di lingkungan Jakarta dan dunia , kedua tempat yang mempunyai latar belakang sejarah di lingkungan Jakarta dan dunia dan kategori ke tiga yaitu tempat yang terbengkalai artinya dulu tempat itu berexis tetapi sekarang terbengkalai . Kelana Kemari terdiri dari empat pemuda  yaitu Helmy , Johan , Ricky dan Raymond tetapi dalam video sering terlihat tiga orang karena Raymod sering sibuk dengan pekerjaannya sehingga kadang-kadang tidak ikut dalam Kelana Kemari . Sudah hampir satu tahun Kelana Kemari berjumpa di Youtube karena mulai muncul 28 Juni 2020 dan sekarang sudah mencapai subscribe 122,043 views . Tentu hal ini membanggakan bagi saya sebagai gurunya , paling tidak mereka mempunyai ide dan kreativitas untuk membuat karya bukan saja bagi Indonesia tetapi dunia . Karena content mereka bicara tempat sejarah ,unik dan penuh misteri . Hal ini membuat kita sebagai subscribe ingin terus mengikuti perjalanan  mereka ke berbagai tempat menarik di belahan dunia melalui virtual tour channel Kelana Kemari. Tentu harapan kita banyak para alumni atau yang masih sekolah untuk menjadi Youtuber seperti yang telah dilakukan oleh para alumni kita .  Bisa kita ikuti mereka dengan https://www.youtube.com/channel/UC7R1xURtHSNY-ytqlVly9Vg/ (abc)


Jumat, 19 Maret 2021

Jabatan presiden...

foto : detik.news


 "Manusia pada dasarnya adalah binatang politik." - Aristoteles.


Amandemen UUD 1945 mengalami perubahan empat kali mulai  tahun 1999 s/d 2002. Sejak itu  konstitusi sudah mengubah struktur ketatanegaraan. Sehingga, tidak ada lagi lembaga tertinggi seperti MPR, dan Indonesia kini sudah menganut sistem presidensial yang lebih efektif. Dengan tidak adanya lembaga tinggi  membuat proses check and balance lebih baik. Sebab, dalam sistem presidensial, semua lembaga berada dalam tingkat yang setara. Kedudukan presiden sebagai kepala pemerintahan tetap diawasi kinerjanya  oleh DPR dan DPD sehingga   check and balance dapat berjalan dengan baik . 

Amandemen UUD 1945 terjadi pertama kali pada sidang Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat pada 14-21 Oktober 1999. Ketua MPR kala itu adalah Amien Rais. Ada 9 dari 37 pasal di dalam UUD yang berubah. Salah satu yang paling krusial adalah perubahan pada Pasal 7 UUD 1945.

Dalam beleid lama, Presiden dan Wakil Presiden memegang masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali. Aturan ini berubah menjadi  Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Amandemen ini membatasi masa kekuasaan presiden menjadi hanya 10 tahun. Namun saat ini bergulir tentang ada upaya untuk menganti agar presiden bisa memegang jabatan tiga periode . Amien Rais mantan Ketua MPR berpidato di akun Youtube Amien Rais Official  bahwa ada upaya secara politik untuk mengeser jabatan presiden bisa dipilih tiga kali. 

Tentu pernyataan ini ditanggapi oleh beberapa pihak . Tenaga Ahli Utama Kedeputian Komunikasi Politik Kantor Staf Presiden Donny Gahral Adian membantah isu adanya wacana pemerintah untuk membuat jabatan Presiden 3 periode. Ia menegaskan Presiden Joko Widodo sudah pernah menegaskan bahwa usulan itu ia tolak. Donny meminta Amien Rais untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan pendapatnya. Jika tudingan soal wacana Presiden 3 periode tanpa dasar, Donny mengatakan hal itu bisa berujung pada fitnah. "Jadi hati-hati, apa yang disampaikan tanpa bukti hanya spekulasi, melontarkan teori konspirasi padahal presiden sudah mengatakan tidak ada yang namanya tiga periode. Konstitusi menggariskan dua periode," kata Donny.( Tempo .Co ,15/3/2021 ). Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PPP, Arsul Sani, tak menanggapi serius tudingan Amien Rais ihwal adanya upaya rezim pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) mengamandemen UUD 1945 guna memperpanjang masa jabatan presiden menjadi tiga periode. Menurut Arsul, dugaan Amien hanya political joke alias candaan politik saja.

"Pak AR kan biasa melemparkan dugaan atau prasangka di ruang publik. Kami melihatnya itu political joke Pak AR saja," ujar Arsul ( Tempo.Co , 15/3/ 2021 ). Demikian juga dengan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid memastikan tidak ada agenda untuk mengajukan amendemen UUD 1945 untuk memperpanjang masa jabatan presiden menjadi tiga periode di MPR.

"Sampai hari ini, belum ada satupun usulan secara legal dan formal baik dari Istana, individu, maupun anggota MPR yang mengusulkan ke pimpinan MPR untuk mengubah Undang-Undang Dasar 1945 memperpanjang masa jabatan Presiden menjadi tiga periode," kata Hidayat dalam keterangan tertulis,Senin 15 Maret 2021.( Tempo.Co,15/3/2021). Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP) sama sekali belum pernah membahas hal tersebut.

"Sejauh ini kami belum pernah memikirkan apalagi mengambil langkah-langkah politik untuk mengubah konstitusi hanya untuk menambah masa jabatan presiden menjadi 3 periode. Demikian juga di MPR kami belum pernah membahas isu masa jabatan presiden tersebut dan mengubahnya menjadi 3 periode," kata Basarah, kepada wartawan yang dikutip Senin 15 Maret 2021 ( merdeka.com 15/3/2021 ). Pendapat Kantor Staf Presiden (KSP) dan beberapa perwakilan partai politik menyatakan menolak untuk masa jabatan presiden menjadi tiga perode . Namun berbeda dengan pendapat Politikus Gerindra Arief Poyuono sudah sejak Februari lalu menyerukan agar Jokowi bisa menjabat presiden untuk periode ketiga. Arief ingin ada stabilitas politik dan investasi jangka panjang. 

"Saya meyakini untuk hari ini, 85% rakyat Indonesia setuju dengan tiga periode.Tiga periode ini kan bukan selama-lamanya .” katanya saat wawancara di acara Mata Najwa Trans 7 . Hal yang sama dinyatakan oleh  Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mendukung amandemen Undang-Undang untuk membuat perpanjangan masa jabatan Presiden menjadi tiga periode, dalam konteks ini maka Jokowi bisa 3 periode. Hal ini, kata dia, untuk menghindari adanya perpecahan bangsa yang muncul akibat polarisasi yang saat ini masih ada di tengah masyarakat.

"Buat saya sebenarnya bukan Jokowi 3 periode. Sebetulnya saya membayangkan dan mengantisipasi bahwa pemilu 2024 itu nanti capresnya berpasangan Jokowi dengan Prabowo," kata Qodari dalam wawancara dengan Tempo ( Tempo.com  Selasa, 16 Maret 2021) . 

Polemik masa jabatan Presiden menjadi berita hangat di media massa maupun media sosial .Kenyataannya sekarang gonjang-ganjing politik diperlihatkan dengan para calon presiden untuk Pemilu tahun 2024 sudah mulai mempersiapkan diri . Airlangga Hartarto ketua Golkar mulai bergerilya ke daerah-daerah untuk minta dukungan . Demikian juga Partai Demokrat mulai mengayang AHY dengan pertemuan beberapa tokoh politik nasional . Nasdem sudah mulai menggelitik Anies Bawasden untuk calon presiden . Gerinda mencalon lagi Prabowo sebagai calon presiden .Secara survey , Ganjar Pranowo gubernur Jawa Tengah mendapatkan suara terbanyak tetapi belum ada partai yang melamar , demikian juga dengan Risma , Ridwal Kamil dan Sandiago Uno . Pertarungan calon presiden pemilu tahun 2024 akan menjadi ramai tetapi masih ada pendapat  yang menginginkan Jokowi untuk kembali menjadi presiden , salah satunya dengan cara amandemen UUD 1945 . Perubahan UUD 1945 bisa saja dilakukan apalagi UUD 1945 bersifat luwes (flexible) artinya dapat  mengikuti atau menyesuaikan perkembangan jaman. 

Berdasarkan pasal 37 UUD disebutkan yaitu :

  1. Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 daripada

jumlah anggota Majelis Permuyawaratan rakyat harus hadir.

  1. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah

anggota yang hadir.

Kalau persyaratan tersebut dipenuhi maka amandemen UUD 1945 bisa dilakukan . Namun menurut Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun amandemen UUD baru bisa dilakukan kalau ada peristiwa yang besar mendahului terjadi di sebuah negara . Berdasarkan sejarah baik di dalam maupun di luar negeri perubahan itu harus didukung oleh gerakan masyarakat baru amandemen itu terjadi. Kalau hanya pendapat segelintir orang , amandemen UUD hanyalah sebuah khayalan . Tentu kita setuju dengan pendapat ini bahwa perlu ada dukungan rakyat dalam amademen UUD . Menjadi pertanyaan apakah rakyat mendukung amandemen UUD ? Apalagi dikaitkan dengan perubahan pasal 7 tentang pembatasan jabatan Presiden . Apakah kita mau mengulang sejarah Orde Baru , presiden menjabat selama 32 tahun ? Pertanyaan - pertanyaan ini menjadi renungan bagi kita semua . Supaya kita tidak mengingkari reformasi yang telah kita perjuangkan bersama. (abc)


 


Rabu, 17 Maret 2021

Sekolah swasta di masa pademik Covid 19

Foto : Pintro


Betapa mahalnya ongkos pendidikan sekolah bagi sebuah negara miskin; tapi juga betapa omong kosongnya sistem sekolah itu untuk menghilangkan jurang kemiskinan tersebut.

( Goenawan Mohamad )


Sebanyak 56% sekolah swasta di Indonesia mengalami kesulitan keuangan karena wabah virus corona (Covid-19). Sekolah meminta pemerintah membantu biaya operasional.( Koran Sindo,30 April 2020 ).Hal ini disebabkan oleh biaya operasional , gaji guru dan tenaga administrasi tidak sebanding dengan pemasukan yang sebagian besar dari kemampuan orang tua membayar SPP semakin menurun akibat dampak pademi Covid-19 . 

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kemendikbud ,  Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad  menyebutkan 60% siswa yang di sekolah negeri dan swasta meminta agar SPP dibayar 50%. "Survei yang kami lakukan, sekitar 56% sekolah swasta yang ada minta agar pemerintah membantu pada masa krisis ini," ujar Hamid seperti dinyatakan  Koran Sindo,30 April 2020.

Wabah corona membuat sejumlah orang tua siswa mengalami masalah keuangan yang berkorelasi dengan kemampuan membayar SPP. Padahal, operasional sekolah swasta sebagian besar masih mengandalkan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang berasal dari siswa. Untuk SD dan SMP negeri tidak masalah karena mereka tidak membayar SPP, namun untuk SMA dan SMK negeri maupun sekolah swasta memiliki kewajiban untuk membayar SPP. Di sekolah negeri yaitu  SMA dan SMK negeri yang menentukan jumlah pembayaran SPP itu dinas pendidikan. Hal ini bisa dikonsultasikan pihak sekolah berkonsultasi dengan dinas pendidikan jika ada kemungkinan opsi penurunan SPP. Namun bagi sekolah swasta  belum ada skema khusus untuk membantu mereka.dan biasanya ditentukan oleh pihak yayasan sekolah swasta tersebut . 

Sekolah swasta di bawah pengelolaan  yayasan menengah ke bawah mengalami dampak yang cukup berat karena harus menanggung dampak  pademi Covid-19 . Untuk itu pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan  dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Afirmasi dan Kinerja. Dana BOS dan Kinerja kini bisa digunakan oleh sekolah swasta. "Dana BOS Afirmasi sekitar Rp2 triliun. Kebijakan sebelum pandemi, dana tersebut diberikan khusus kepada sekolah negeri di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Sementara dana BOS Kinerja sebesar Rp1,2 triliun dan sebelum pandemi diberikan untuk sekolah negeri yang berkinerja baik," ujar Nadiem seperti dikutip dari Antara. 

Sebelumnya, Dana BOS Afirmasi dan Kinerja hanya digunakan oleh sekolah negeri. Dana BOS Afirmasi dan BOS Kinerja difokuskan untuk sekolah yang paling membutuhkan dan terdampak pandemi COVID-19. Dana Bos Afirmasi dan Kinerja diberikan untuk sekolah negeri dan swasta (SD, SMP, SMA, SMK, SLB) yang paling membutuhkan. Dana bantuan sebesar Rp 60 juta per sekolah per tahun, dan dana disalurkan langsung dari Kementerian Keuangan ke rekening sekolah. BOS Afirmasi dan BOS kinerja dapat digunakan untuk kegiatan yang sama dengan BOS Reguler selama masa pandemi COVID-19. Dengan demikian diharapkan tidak ada sekolah swasta yang ditutup gara-gara masalah finansial .

Bagi sekolah swasta di bawah  pengelolaan yayasan  tingkat atas ke menengah juga mengalami keterpurukan walaupun mungkin sudah diantisipasi dengan dana cadangan . Namun mengalami dampak juga karena  mengalami penurunan penerimaan siswa baru . Tentu bagi sekolah swasta pada tingkat atas dan menengah tidak mendapat bantuan BOS sehingga yayasan mengusahakan secara mandiri . Dengan penurunan penerimaan siswa baru maka ada efisiensi terhadap anggaran . Dengan demikan anggaran untuk biaya operasional akan dipangkas karena pemasukan keuangan mengalami penurunan . Kebijakanpun diambil dengan pengurangan tenaga guru , efisiensi terhadap fasilitas sekolah dan penyederhanaan program-program sekolah yang semuanya untuk antisipasi terhadap pemasukan keuangan yang semakin turun . Kita berharap pademi Covid 19 bisa diatasi sehingga dampak bagi dunia pendidikan terutama sekolah swasta segera bisa bangkit dari keterpurukan . (abc)


Minggu, 14 Maret 2021

Sekali lagi tentang pendidikan...

Foto : Cermati.com

Saya menyadari talenta sebagai komedian, ketika saya duduk di bangku SMP. Ketika itu saya sudah selalu menjadi pembawa acara di sekolah dan selalu saya bawa ke suasana tawa. Tetapi beberapa saudara ketika kecil memang sering mengatakan bahwa saya mempunyai talenta melucu.

( Indro Warkop )



Ada sebuah cerita , Tarzan penghuni hutan mau pergi ke kota sehingga perlu ada pengganti untuk memimpin di hutan . Berkumpullah binatang untuk mendengarkan perintah si Tarzan ,  “ Yang menjadi pemimpin adalah siapa saja yang bisa memanjat pohon ini “seru Tarzan sambil tangannya menunjuk pohon yang besar dan rindang . Maka para hewan mulai memanjat pohon , Gajah yang tubuhnya besar jatuh tidak bisa memanjat pohon , kuda pun tidak bisa memanjat demikian juga dengan itik , angsa dan sapi , akhirnya dengan mudah monyet   bisa memanjat pohon dengan cepat dan menjadi pemimpin .  Sejak kecil si monyet sudah bergelantungan di pohon sedangkan gajah , kuda ,itik , angsa dan sapi sejak kecil sampai tua tetap berada di daratan . Itulah gambaran tentang sistem pendidikan kita , sejak SD sampai SMA diseragamkan dengan puluhan  pelajaran dan harus dapat menguasai semua pelajaran . Padahal kita tahu kemampuan ,talenta , bakat dan passion setiap siswa berbeda tetapi dipaksa untuk menguasai semua pelajaran . Hasilnya tidak maksimal bagi siswa karena tidak sesuai dengan kemampuan , talenta dan passionnya . 

Pandji Pragiwaksono stand-up comedian pernah cerita tentang anaknya yang masih kelas  nol besar menangis karena tidak bisa membaca dan menulis sehingga tidak mau sekolah lagi . Akhirnya Pandji menghibur bahwa anaknya pintar nyanyi dan berhitung sampai anaknya mau sekolah lagi . Sekolah seringkali memaksakan seorang anak untuk bisa membaca , menulis dan berhitung secara bersamaan . Padahal anak mempunyai talenta , bakat dan kemampuan yang berbeda . Bukankah bernyanyi , menggambar atau main musik itu juga merupakan talenta , bakat dan kemampuan yang bisa dimiliki oleh setiap anak . Penyeragaman terhadap sistem pendidikan sudah berlangsung lama diterapkan sehingga siswa terkukung dalam penjara untuk melepaskan hidupnya merasa sulit sehingga tidak mampu berbuat apa-apa. Inilah yang terjadi di Indonesia , pendidikan adalah dasar fundamental bagi peradaban suatu bangsa . Tetapi belum digarap dengan serius dan masih main-main dengan pedidikan .Padahal pendidikan merupakan aset bagi sebuah bangsa untuk menjadi bangsa beradab . 

 Programme for International Student Assessment (PISA) sebagai metode penilaian internasional merupakan indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat global. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mencatat, peringkat nilai PISA Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 adalah: Membaca (peringkat 72 dari 77 negara), Matematika (Peringkat  72 dari 78 negara), dan Sains (peringkat 70 dari 78 negara). Nilai PISA Indonesia juga cenderung stagnan dalam 10-15 tahun terakhir.( http://pgdikmen.kemdikbud.go.id ) . Dengan data ini memperlihatkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia mengalami kemunduran dibandingkan dengan negara lain . Riset terbaru dari Professor Lant Pritchett dari Harvard University  dia meneliti anak-anak khusus di Jakarta usia 15 tahun dan ternyata anak-anak itu ketinggalan 128 tahun. (Kompasiana.com 17/3/2020). Kita  ketinggalan di bidang Mathematic, Science, and Reading. Kualitas guru sangat kurang karena hasil rata-rata UKG nasional 53,2 dari 100. Kita harus mengejar negara yang 128 tahun di depan kita. Dari data-data ini diperlihatkan betapa rendah mutu pendidikan di Indonesia tidak mengherankan bahwa kualitas guru masih rendah . Dengan kualitas guru yang rendah  mempengaruhi kualitas murid juga . Tentu bukan faktor guru saja yang menyebabkan kualitas murid menjadi rendah . Masih banyak faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan . Kesejahteraan guru , kualitas input guru ,kurikulum dan regulasi dibidang pendidikan . 

Kesejahteraan guru memang masih memprihatinkan , apalagi dikaitkan dengan gaji yang hampir sama dengan gaji buruh pabrik . Bisa dilihat bagaimana gaji guru honorer yang  hidupnya masih terseok-seok untuk memperjuangkan hak-haknya . Tetapi DPR dan Presiden hanya mendengarkan aspirasi mereka tanpa berbuat apa-apa . Pemerataan pendidikan belum terjangkau oleh masyarakat kita . Berta Bua'dera (48) seorang guru honorer di Kota Samarinda, Kalimantan Timur selama 11 tahun jalan kaki saat berangkat ke sekolah. Sambil menenteng tas kecil dan kotak bekal, ibu satu anak ini berjalan kaki membelah kesunyian menuju SDN Filial 004 di Kampung Berambai, Kecamatan Samarinda Utara. Rumah Berta dan sekolah terpisah hutan lebat yang berjarak sekitar 5 kilometer. Kawasan ini sebagian besar masih hutan.  Kemudian ada Andi Sri Rahayu (29) seorang guru honorer asal Desa Sapobonto, Kecamatan Bulukumpa, rela melalui jalanan berkelok demi mengajar di Madrasah Aliyah Guppi Kindang, Desa Kindang, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Untuk menuju Desa Kindang bisa dilalui dua jalur. Jalur pertama hanya bisa dilalui jalan kaki melewati jalan setapak dan jembatan bambu, jalur ini ditempuh 10 kilometer. Sementara jalur kedua bisa ditempuh menggunakan roda dua dan roda empat dengan jarak sekitar 25 kilometer. Setelah hamil ia memiliki jalur kedua. Namun sebelum hamil ia melalui jalur pertama dengan berjalan kaki sejauh 10 kilometer. Ia tak sendiri. Ada beberapa siswa yang melalui jembatan bambu termasuk petani yang memikul hasil panennya untuk dijual ke desa sebelah. Empat tahun sudah Sri mengabdikan di sekolah yang berjarak 59 kilometer dari Kota Bulukumba.( Kompas.Com , 25/11/2020 ) . Ini  dua contoh untuk melihat bahwa ada beberapa guru yang berjuang demi pendidikan walaupun tanpa sarana dan prasarana yang memadai . Hanya kebanggan yang dimiliki untuk sebuah pengabdian bagi negara dan bangsa . Seperti kata Andi Sri Rahayu , ia mengaku bangga dengan profesinya sebagai guru, meski hanya mengajar di daerah terpencil. Alasan mengajar di daerah terpencil, hanya ingin membagikan ilmunya kepada banyak orang "Daripada ilmu tertinggal lebih baik dibagi dan semoga bisa jadi amal jariyah," kata Sri, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (22/9/2020). Ia mengaku menerima gaji Rp 300.000 yang dibayar per tiga bulan. "Gajinya hanya Rp 300 ribu. Waktu terus berputar gaji mulai naik Rp 900 ribu per tiga bulan," tuturnya. Sri mengaku ingin mengubah status dengan mendaftar CPNS, namun gagal terus. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan nasib guru-guru di pedesaan dan di pedalaman yang telah berjuang untuk generasi mendatang . Dengan demikian pemerataan pendidikan bisa terjangkau oleh masyarakat kita .

Sekali lagi pendidikan menjadi penting bagi kita karena dengan pendidikan suatu bangsa menjadi maju dalam peradaban . (abc)


Kamis, 11 Maret 2021

Snowplow parenting.

Foto : Daily Herald



Ketika anak tidak memiliki ceritanya sendiri dalam memecahkan masalah maka  anak tersebut bisa saja berpeluang menjadi pembual yang hebat.

( Prof. Rhenald Kasali )



Ada seorang ibu berjalan dengan langkah cepat . Ditangannya ada map agak tebal.  Dia sudah pergi beberapa kali ke pelayanan foto copy untuk sekadar menggandakan dokumen atau laminating. Seorang ibu tersebut sedang mengurus semua kebutuhan anaknya yang hendak daftar ke sekolah menengah atas.

Sekilas, tidak ada yang salah dengan kisah di atas. Namun, model peran orangtua seperti kisah di atas sudah lama menjadi sorotan. Model pengasuhan ini sering disebut sebagai snowplow parenting. 

Snowplow parent’s adalah orangtua yang berperan seperti mesin bajak salju. Snowplow adalah mesin bajak salju. Agar kendaraan peseluncur salju berjalan lancar, maka harus dibuatkan lintasan. Semua jalan yang menjadi lintasan harus diratakan dengan mensin bajak salju. Semua penghalang harus dibuang. Jalan harus rata, bersih, dan sangat nyaman untuk dilalui.

Orangtua bajak salju adalah orangtua yang berusaha menghilangkan seluruh hambatan dan masalah bagi anaknya. Segala macam kebutuhan akan anak dapatkan tanpa bersusah payah. Orangtua merelakan diri untuk sibuk dan lelah untuk kepentingan anaknya.

Misalnya, ketika anaknya mau masuk kuliah, maka orangtua sibuk mencari informasi dan mengurus semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk daftar kuliah. Tidak berhenti sampai di situ. Orangtua tersebut juga mencarikan tempat tinggal, mencarikannya makanan harian, memastikan tukang cuci baju, dokter pribadi, dan seterusnya. Bahkan, ketika anaknya tidak diterima di kampus tertentu, maka orangtua tersebut rela membayar berapa saja asal mendapatkan kursi di kampus tersebut.

Awalnya, model seperti ini hanya dilakukan oleh orangtua yang memiliki kekayaan atau jabatan tinggi. Kini, mulai banyak yang melakukannya. Berawal dari tuntutan bahwa orangtua harus terlibat langsung dalam membesarkan anak, maka kita mudah sekali terpeleset menjadi snowplow parent’s. Akhirnya, orang tua sering merasa sudah memiliki jalan sukses untuk anaknya. Setiap detail langkah sudah mereka siapkan. Misalnya, untuk masuk ke perguruan tinggi tertentu, seorang anak harus masuk bimbel sejak kelas dua SMA. Mereka pun memasukkan anaknya ke bimbel tersebut.

Orangtua tersebut seperti memiliki mata masa depan. Semua halangan disingkirkan agar kereta salju bisa melaju lebih cepat menuju tujuan. Salah satu efek dari ini adalah orangtua yang super protektif. Mereka akan protes ke sekolah jika ada tugas berlebih dari guru, mereka akan meminta perpanjangan waktu tugas atas nama anaknya, meminta maaf atas nama anak jika lalai dalam tugas, bahkan terkadang ada yang rela protes ketika makanan yang disediakan sekolah tidak disukai anaknya.

Sangat sulit menghindar untuk memberikan arahan kepada anak kita. Ketika proporsinya tepat, sebenarnya tidak masalah. Namun ketika orangtua memberikan arahan lebih cepat, lebih banyak, dan lebih detail, maka sudah memotong kesempatan belajar bagi anak untuk belajar memecahkan masalahnya sendiri.

Prof. Rhenald Kasali sudah lama mengkritik model pengasuhan seperti ini. Ketika Prof. Rhenald meluncurkan program satu mahasiswa harus mampu menaklukkan satu negara, maka tantangan utamanya adalah orangtua. Mereka ketakutan anaknya kesasar. Mereka pun akhirnya menyiapkan banyak hal: tiket pesawat, rute tujuan, menginap di mana, siapa yang jemput, makan apa, pakaian dan perlengkapan, sampai SIM Card dan obat-obatan.  Sebagai orang tua mulailah kita menghilangkan Snowplow parent’s dengan memberikan kepercayaan kepada anak kita untuk berlatih memecahkan masalah dalam kondisi sulit dan akhirnya mereka bisa hidup mandiri tanpa tergantung kepada orang lain . (abc)


Rabu, 10 Maret 2021

Kontroversi Supersemar...

 

Foto : Tribun.Kaltim - Tribunnews.com

Sejarah lama kita sebagai bangsa memang sangat menarik. Rasa tertarik itu timbul dari kenyataan bahwa yang ditulis sering tidak sama dengan yang terjadi.

( Abdurrahman Wahid )


Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dikeluarkan enam bulan setelah terjadinya G30S PKI. Pada peristiwa itu, 6 orang jenderal senior dan beberapa orang dibunuh. Pasukan pengawal presiden Cakrabirawa dituduh menjadi inisiator dalam pembunuhan itu. 

Enam bulan berselang, Soekarno meminta Soeharto mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan ketertiban dan keamanan umum. Langkah pertama Soeharto pasca keluarnya surat itu adalah dengan membubarkan PKI sehari berselang. Probosutedjo dalam bukunya Saya dan Mas Harto mengatakan tidak ada kalimat yang menyebutkan untuk membubarkan PKI pada Supersemar . “ Tetapi Mas Harto memiliki keyakinan pemulihan keamanan hanya akan terjadi bila PKI dibubarkan , “ kata Probosutedjo dalam buku tersebut .  Tindakan ini yang menyebabkan Soekarno  menulis surat berisi protes peringatan kepada Soeharto kalau wewenangnya hanya pada pemulihan keamanan dan ketertiban, bukan membubarkan partai politik. Mengenai hal ini, Soeharto tidak pernah memberikan tanggapan apapun sampai dia meninggal.

Hingga kini, Supersemar masih menjadi kontroversi. Sebab, naskah aslinya tak pernah ditemukan. Dikutip dari tirto.id dinyatakan hingga 2013, setidaknya ada 4 versi Supersemar yang disimpan oleh pihak Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Keempat versi itu berasal dari tiga instansi, yakni 1 versi dari Pusat Penerangan (Puspen) TNI AD, 1 versi dari Akademi Kebangsaan, dan 2 versi dari Sekretariat Negara (Setneg). Yang menjadi pegangan selama Orde Baru adalah versi pertama dari Puspen TNI AD. Lantas, manakah Supersemar yang asli dari keempat versi itu? Ternyata tidak ada alias palsu semua. Hal tersebut dinyatakan langsung oleh mantan Kepala ANRI, M. Asichin, saat menjadi pembicara dalam Workshop Pengujian Autentikasi Arsip di Jakarta pada 21 Mei 2013. 

Menjadi pertanyaan jika keempat versi Supersemar yang disimpan ANRI ternyata palsu, lantas di manakah naskah yang asli?

“Tidak ada yang tahu di mana surat asli Supersemar berada. Selain itu, banyak versi yang beredar... Teks otentik itu penting untuk kita lihat asas orisinalitasnya. Kalau tidak ada, ya seperti sekarang, debat yang tidak ada habisnya," kata sejarawan muda, Bonnie Triyana, seperti dilansir Rappler, 11 Maret 2015. Kemudian pernyataan ini dibenarkan  oleh sejarawan LIPI yang kerap mengkritisi Orde Baru, Anhar Gonggong, pun menilai bahwa ribut-ribut Supersemar sudah tidak relevan lagi. Hampir semua tokoh terkait telah tiada. Jika nantinya Supersemar yang asli ditemukan, siapa yang harus bertanggung jawab atas kekeliruan sejarah yang telah terlanjur terjadi? Menanggapi hal ini Mahfud MD dalam Diskusi Nasional tentang Implikasi Supersemar Bagi Peradaban Indonesia di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, 23 Maret 2016 mengatakan ”Bagi hukum tata negara, masalah Supersemar dalam sejarah sudah tidak bisa dipersoalkan lagi. Kita harus move on untuk berdamai dengan sejarah. Kita harus bisa menerima perjalanan sejarah bangsa sebagai fakta,” . Tentu ada benarnya pernyataan ini . Mau sampai kapan bangsa ini meributkan Supersemar? Surat sakti yang menandai pergantian rezim Sukarno ke Orde Baru itu memang mandraguna lantaran sampai saat ini belum terungkap fakta kebenarannya. 

Amir Machmud, menyatakan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) adalah sebuah keajaiban. Dia menjadi salah satu jenderal militer yang turut menyaksikan penandatanganan Supersemar yang isinya merupakan pemindahan kekuasaan dari Sukarno ke Suharto. Supersemar yang dibawa tiga jenderal itu pun membuka jalan bagi Letnan Jenderal Soeharto menjadi orang nomor satu di Indonesia. Tiga jenderal itu ikut meninggi pula kariernya. M. Jusuf menjadi Menteri Perindustrian hingga 1978, setelahnya jadi Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan Keamanan. Sementara itu Basuki Rachmat dan Amirmachmud jadi Menteri Dalam Negeri. Misteri Supersemar belum terkuak , para saksi telah tiada . Sejarah mencatat apapun kepentingannya telah terjadi perubahan Orde lama ke Orde baru . Maka, seperti kata Anhar Gonggong, “Mari kita tempatkan ini sebagai peristiwa sejarah yang biasa saja.” (abc).








Rabu, 03 Maret 2021

Budaya bahari telah hilang dari Indonesia...

foto : Indonesien Heritage Blogger


    Nenek moyangku orang pelaut
    gemar mengarung luas samudra
    menerjang ombak tiada takut
    menempuh badai sudah biasa  

     Nenek moyangku orang pelaut judul lagu karangan Ibu Soed . Itu lagu diajarkan ketika saya masih duduk di TK . Lagu tersebut merupakan cerminan betapa hebatnya mereka menaklukkan samudra luas, menguasai perniagaan serta menjalin diplomasi politik dengan berbagai negara di penjuru dunia . Namun dalam pelajaran sejarah kita diajarkan bahwa para pedagang dari Cina dan India yang datang ke Indonesia melalui selat Malaka sehingga muncul kerajaan - kerajaan bermotif Hinduisme . 
     Padahal kalau kita belajar sejarah , bangsa Cina tidak memiliki semangat bahari yang memadai , mereka baru bisa membuat kapal yang bisa melayari samudra abad ke-10 pada jaman dinasti Shu ,sebelumnya mereka berani berlayar di sungai-sungai atau di pesisir pantai dengan kapal apa adanya . 
     Demikan juga dengan India adalah kebudayaan darat yaitu kebudayaan orang-orang yang takut akan laut . Karena laut dianggap tempat kotor yang harus dihindari . Kebudayaan India menganggap tempat tinggi seperti gunung adalah tempat para dewa kemudian turun ke tempat rendah sampai ke lautan yang dianggap sebagai tempat hina . Untuk itu para brahmana akan menghindari laut dan tidak akan berlayar kemanapun . Tetapi guru sejarah mengajarkan salah satu kedatangan agama Hindu ke Indonesia dikenal dengan teori brahmana yang mengatakan bahwa para brahmana datang berlayar ke Indonesia . Terjadilah paradoks di sini Cina tidak memiliki semangat bahari dan para brahmana menghindari lautan dan tidak akan berlayar . Apakah mereka berlayar ke Indonesia ? Ada baiknya kita dengar pendapat seorang sejarawan bernama Oliver William Wolter dalam bukunya berjudul Early Indonesian Commerce: A Study of the Origins of Sriwijaya (1967) mengatakan India dan Cina memiliki sedikit tradisi tentang berlayar . Kapal-kapal mereka hanya digunakan untuk menyusuri pantai dan sungai . Bahwa dalam hal hubungan perdagangan melalui laut antara Indonesia dan Cina juga antara Cina , India Selatan serta Persia abad V-VII , terdapat indikasi bahwa bangsa Cina hanya mengenal pengiriman barang oleh bangsa Indonesia . Dengan penjelasan ini dapat kita simpulkan bahwa jalur perdagangan antara Cina , India dan Indonesia dibuat oleh para pelaut Indonesia untuk mengadakan perdagangan dengan mereka . Hal ini diperjelas oleh James Homell seorang Etnografer dari Inggris mengatakan orang Austronesia ( dari Nusantara ) sudah berkeliaran dan membangun koloni di Srilangka dan India 500 tahun sebelum masehi . Jejak-jejak mereka ditemukan dalam bentuk lukisan-lukisan kapal bercadik dan kepercayaan orang-orang Srilangka tentang keberadaan suku naga di masa lampau . Legenda suku naga dengan kapal bercadik merupakan pelaut dari Indonesia yang sudah mengarungi laut sampai ke Srilangka dan India . Jadi sesungguhnya yang membuat jalur sutera versi laut bukan orang Cina atau orang India melainkan orang Indonesia yang menghubungkan dua kebudayaan yang pada akhirnya menyerap tradisi khususnya tradisi spiritual dari India. 
     Para pelaut sudah melalang buana ke seantero dunia , bahkan sudah sampai ke Afrika . Hal ini bisa ditemukannya ikan yang berasal dari Afrika dan ikan tersebut adalah ikan air tawar . Tidak mungkin ikan air tawar akan berenang melalui lautan . Paling tidak kalau ada orang yang mengambil ikan itu dari Afrika di bawa ke Indonesia dan itu yang dilakukan oleh pelaut Indonesia . Ikan itu ditemukan oleh pak Mujair tahun 1939 di sungai Serang pantai selatan Blitar sehingga untuk menghormati penemunya ikan itu diberi nama mujair .
     Menurut Robert Dick-Read dalam bukunya Penjelajah Bahari dikatakan berbagai tanaman termasuk jagung dan ubi jalar tidak akan tersebar seperti yang kita lihat sekarang tanpa intervensi dari para pelaut nusantara di masa lampau . Para pelaut nusantara juga membuat kapal yang besar dan canggih pada masa itu . Menurut catatan Cina pada masa dinasti Han diberitakan oleh para sarjana bahwa kapal dagang berukuran besar dari Nusantara yang berlabuh di pelabuhan Cina dengan empat layar yang disebut dengan Kunlun Po ”kapal dari orang Kunlun berkulit gelap”. Kapal-kapal itu juga biasanya dimanfaatkan para peziarah Budha untuk melakukan perjalanan pulang-pergi Cina - India dan Srilangka .Dengan penjelasan ini kita bisa melihat bahwa orang Cina tetap tidak mau berlayar sampai akhirnya berabad-abad kemudian baru mengikuti dan memodifikasi konstruksi kapal yang disebut kapal Jung Cina yang baru berkembang pada masa dinasti Song (abad 10-13) yang terinspirasi kapal-kapal Austronesia (bangsa di Nusantara ) yang telah berdagang ke Cina sejak abad 2 Masehi .
     Robert Dick-Read pernah mengadakan penelitian di Madagaskar ditemukan warga orang yang mendiami mirip postur tubuhnya dengan orang Jawa . Demikian juga dengan bahasanya yang mirip dengan wilayah di Nusantara . Setelah ditelusuri ada kemiripan dengan alat musik , rumah joglo yang mirip dengan joglo di Jawa , makanan dan orang Madagaskar menyebut orang Jawa adalah leluhurnya . Sekarang tentu banyak para pedatang ke Madagaskar tetapi orang yang pertama datang adalah orang Jawa . Kapan mereka sampai di Madagaskar ,  kemungkinan sejak jaman Sriwijaya abad ke delapan . Setelah ditelusuri Robert Dick-Read juga menemukan bahwa pelayar tidak hanya sampai di Ghana , Afrika tetapi sudah sampai ke benua Amerika . Setidaknya sudah sampai ke Hawaii karena kata itu berasal dari Jawai yang artinya Jawa kecil , orang sana mengatakan Jawai dengan kata Hawaii . Hal ini dilihat dari postur asli orang Hawai seperti postur orang Jawa . Dengan demikian para pelayar dari Nusantara sudah menjelajah ke seluruh dunia . Mereka mengunakan armada kapal yang kuat dan besar yang bernama Jong Jawa . Menurut Pierre -Yves dalam artikel jurnal berjudul Trading Ships of the South China Sea bahwa panjang kapal Jung Jawa sekitar 100 meter dan bobotnya 1000 ton .Berdasarkan buku karangan Giovanni da Empoli dijelaskan kapal Jung Jawa adalah benteng yang mengapung . Mereka lebih besar dan kuat dari kapal Portugis .Ia dibuat dari empat lapis papan kayu Jati keras yang tidak bisa dirusak oleh artileri (meriam). Orang-orang Cina melarang kapal jenis ini berlabuh di pelabuhan Cina karena khawatir mereka akan menaklukan kota . Sebab satu kapal Jung Jawa bisa mengalahkan 20 kapal Jung Cina sekaligus . 
    Kenapa orang-orang Indonesia mempunyai tradisi berlayar yang luar biasa saat itu ? Karena wilayah Indonesia adalah negara kepulauan yang dibatasi oleh laut sehingga mereka akan berlayar ke pulau yang satu ke pulau lainnya melalui jalur laut . Untuk itu mereka berlatih dengan ombak lautan yang begitu besar dan ganas . Semua itu ada di wilayah Indonesia , mau menantang ombak yang besar mereka berlatih di laut selatan Jawa , mau berlatih diombak yang kecil di laut utara Jawa. Dengan demikian Indonesia mempunyai armada laut yang besar dan kuat . Apalagi suku Bajo yang lahir dan hidup di laut sehingga lautan menjadi ibu mereka karena tidak pernah berada di daratan . 
     Demikian juga dengan suku Makassar yang membuat kapal Pinisi yang terkenal itu telah mengarungi berbagai benua . Sejak tahun 1700-an para pelaut Makassar datang ke Aborigin ( Australia ) untuk berdagang teripang dengan cara barter . Orang Aborigin memberi teripang kepada pelaut Makassar untuk dijual ke Cina sebagai bahan obat-obatan sedangkan pelaut Makassar memberi dengan beras , pisau, logam atau tembakau .Orang Aborigin masih buta huruf dan hidup pada jaman batu sehingga mereka hanya menerima makanan dan alat-alat dari logam . Orang Makassar tidak mau menjajah , hanya mau berdagang saja . Tidak mengherankan kalau di daratan Australia masih ditemukan gambar-gambar kapal-kapal Pinisi dan lambaian tangan suku Aborigin untuk bertemu dengan orang Makasar . Di musim hujan suku Aborigin berdiri berjajar di tepi pantai dekat kota Darwin untuk menyambut orang Makassar . Hampir 1,5 abad kehidupan mereka bahagia dan akrab namun tahun 1900-an Australia dijajah oleh orang kulit putih . Saat itu pertemuan tidak ada lagi karena orang kulit putih mengatur pajak apabila ada pendatang berlayar masuk ke Australia. Tetapi kalau kita ke Australia dan bertemu dengan orang Aborigin dan kita berkata Makassar , maka orang Aborigin akan tersenyum dan tertawa teringat cerita masa lalu tentang kehidupan mereka .           Begitu agungnya kekuasaan maritim nusantara pada masa lalu . Tetapi mengapa sekarang tidak terjadi seperti masa itu ? Menjawab pertanyaan ini , beberapa ahli sejarah mengatakan ada tiga alasan yaitu : Pertama , orang-orang Demak khususnya ketika dikalahkan oleh armada Portugis di selat Malaka , mereka sadar bahwa kapal-kapal Portugis itu bisa menang karena bentuknya kecil , jadi karena kecil menjadi fleksibel .Sejak saat itu orang-orang Demak mengecilkan kapal-kapal dari 1000 - 2000 ton menjadi 100 ton .Kedua masa Amangkurat 1 untuk menahan dan menghindari terjadinya pemberontakan diharamkan membuat perahu ukuran besar di pesisir pantai utara Jawa sehingga kapal menyusut menjadi 50 ton . Ketiga , datanglah VOC merasa khawatir sehingga membuat kebijakan larangan untuk membuat kapal di atas 50 ton . 
    Sejak Indonesia dijajah kita tidak memiliki budaya untuk melaut . Jadi salah satu dampak penjajahan yang merugikan yaitu kita tidak memiliki tradisi untuk berlayar . (abc)

Organisasi Bayangan versi Nadiem

                   Nadiem dengan belajar merdeka "Pendikan adalah paspor untuk masa depan karena hari esok adalah milik mereka yang mem...